BERMAIN ITU BELAJAR
Tidak ada perbedaan pendapat menyangkut kewajiban bagi setiap
anak, bahwa setiap anak harus belajar. Namun, bagaimanakah dengan “bermain",
apakah setiap orang tua memperhatikan dan peduli dengan “bermain” bagi anak ?
apakah orang tua menyadari bahwa bermain itu merupakan salah satu kebutuhan
pokok bagi anak ? Sejak dahulu kala, anak-anak manusia bahkan juga anak-anak
dari binatang senantiasa bermain. Lihat saja anak kucing ketika sudah mampu
berjalan, mereka akan saling kejar, saling gigit dengan saudaranya yang lain,
mereka akan mengejar jika kita berikan benda yang bergerak. Anak-anak
manusiapun juga demikian, sejak matanya terbuka dan mulai mengikuti gerak benda
yang ada didepannya, sampai dengan bisa berjalan dia akan selalu bermain dengan
lingkungan sekitarnya. Banyak bentuk dan benda sebagai media bermain bagi anak,
mulai dari yang sederhana sampai dengan yang mewah, mulai dari yang tradisional
sampai dengan yang modern, ada gasing, congklak, kelereng mungkin kalau jaman
sekarang terutama untuk anak-anak yang tinggal di kota sudah mulai langka
dengan permainan-permainan yang demikian, anak-anak kota lebih mengenal play
station, dibandingkan dengan petak umpet.
Dengan bermain, anak-anak mengekspresikan diri dan gejolak
jiwanya. Karena itu, dengan permainan dan alat-alatnya, seseorang dapat
mengetahui gejolak serta kecenderungan jiwa
anak dan sekaligus dapat mengarahkannya.
Namun yang lebih utama “bermain” adalah suatu bentuk belajar,
secara alamiah dan naluriah setiap makhluk yang dilahirkan ke dunia akan
berusaha untuk mengenal lingkungannya, berusaha untuk mempertahankan hidupnya.
Dari mana singa pandai menangkap rusa ? tentunya dari belajar. Belajarnya
bagaimana ? Sudah pasti dari induknya. Bagaimana induknya mengajari cara
menangkap mangsa ? Nah kita bisa lihat si anak singa sewaktu masih kecil dia
bermain dengan induknya atau juga bermain dengan saudara-saudaranya, berlari,
mencakar, menggigit, mengejar, mengendap-ngendap dan lain sebagainya. Semua
bentuk permainan ini merupakan bentuk pembelajaran, bagaimana dia bisa mengenal
lingkungannya, sebagai pembelajaran bagaimana dia mampu membela diri dari
ancaman lingkungan sekitarnya, pembelajaran bagaimana dia bisa bertahan hidup
di hari selanjutnya. Itulah yang saya atakan bahwa bermain adalah belajar yang
secara alamiah dan naluriah sudah ada pada setiap makhluk yang dilahirkan.
Manusia sebagai makhluk yang jauh lebih sempurna dari
binatang tentunya dalam memaknai bermain tidak hanya sekedar mempertahanan
hidup saja, karena manusia mempunyai jiwa, akal pikiran dan perasaan.
Bermain adalah sarana tumbuh kembang bagi anak, Melalui
bermain anak melakukan gerakan-gerakan yang bermanfaat untuk pertumbuhan mereka,
bermain juga sarana belajar yang esensial bagi mereka. Melalui bermain, anak belajar
tentang sosialisasi, negosiasi, berkomunikasi, pemecahan masalah, sudut pandang,
pikiran dan perasaan orang lain.
Bermain atau mengantarkan anak bermain harus dibarengi
dengan bimbingan orang tua, tidak semua permainan harus dilepas sendiri pada
anak, tetapi juga orang tua tidak perlu selalu mengatur anak dalam bermain. Pada
permainan-permainan tertentu orang tua juga harus ikut serta dalam permainan
itu, namun pada permainan yang lain anak juga harus diberi kesempatan untuk melakukan
dan menyelesaikan permainannya sendiri. Terkadang orang tua terlalu memaksakan
keinginannya dalam bermain, yang secara tidak sadar orang tua telah menghambat
kreativitas anak dalam menyelesaikan persoalan. Bimbingan dan arahan juga masih
sangat penting, terutama dizaman modern ini, tidak sedikit permainan anak yang
kurang mendidik bahkan cenderung berdampak negatif bagi anak. Disinilah peran
orang tua sangat penting dalam membimbing, mengarahkan serta memilih
bentuk-bentuk permainan.
Cukup banyak hambatan-hambatan yang dihadapi orang tua
dalam mengarahkan anak melalui permainan. Tidak hanya menyangkut waktu yang
banyak tersita oleh pekerjaan-pekerjaan atau aktivitas di kantor, tetapi juga “kemampuan”
dalam memilih permainan yang sesuai dengan anak, permainan yang lebih mendidik,
karena sebenarnya permainan itu tidak harus mahal, tidak harus canggih tetapi
yang lebih penting bentuk dan jenis permainan itu mampu mendidik dan
mengembangkan anak. Bahkan sebenarnya banyak permaianan-permainan yang bisa
dibuat sendiri, dan jika alat permainan itu mampu dibuat sendiri juga merupakan
pelajaran bagi anak agar kreatif dan mendidik anak agar mampu dan mau
menghargai hasil karya sendiri.