Laman

*** BINA PSIKOLOGI SURABAYA *** Alamat : Jl. Kedung Tarukan 2 / 31-A Surabaya, Telp. 03170272815 / 0817309685, email : mudhar.bps@gmail.com

Rabu, 30 Mei 2012


BERMAIN ITU BELAJAR

Tidak ada perbedaan pendapat menyangkut kewajiban bagi setiap anak, bahwa setiap anak harus belajar. Namun, bagaimanakah dengan “bermain", apakah setiap orang tua memperhatikan dan peduli dengan “bermain” bagi anak ? apakah orang tua menyadari bahwa bermain itu merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi anak ? Sejak dahulu kala, anak-anak manusia bahkan juga anak-anak dari binatang senantiasa bermain. Lihat saja anak kucing ketika sudah mampu berjalan, mereka akan saling kejar, saling gigit dengan saudaranya yang lain, mereka akan mengejar jika kita berikan benda yang bergerak. Anak-anak manusiapun juga demikian, sejak matanya terbuka dan mulai mengikuti gerak benda yang ada didepannya, sampai dengan bisa berjalan dia akan selalu bermain dengan lingkungan sekitarnya. Banyak bentuk dan benda sebagai media bermain bagi anak, mulai dari yang sederhana sampai dengan yang mewah, mulai dari yang tradisional sampai dengan yang modern, ada gasing, congklak, kelereng mungkin kalau jaman sekarang terutama untuk anak-anak yang tinggal di kota sudah mulai langka dengan permainan-permainan yang demikian, anak-anak kota lebih mengenal play station, dibandingkan dengan petak umpet.
Dengan bermain, anak-anak mengekspresikan diri dan ge­jolak jiwanya. Karena itu, dengan permainan dan alat-alatnya, seseorang dapat mengetahui gejolak serta kecenderungan jiwa
anak dan sekaligus dapat mengarahkannya.
Namun yang lebih utama “bermain” adalah suatu bentuk belajar, secara alamiah dan naluriah setiap makhluk yang dilahirkan ke dunia akan berusaha untuk mengenal lingkungannya, berusaha untuk mempertahankan hidupnya. Dari mana singa pandai menangkap rusa ? tentunya dari belajar. Belajarnya bagaimana ? Sudah pasti dari induknya. Bagaimana induknya mengajari cara menangkap mangsa ? Nah kita bisa lihat si anak singa sewaktu masih kecil dia bermain dengan induknya atau juga bermain dengan saudara-saudaranya, berlari, mencakar, menggigit, mengejar, mengendap-ngendap dan lain sebagainya. Semua bentuk permainan ini merupakan bentuk pembelajaran, bagaimana dia bisa mengenal lingkungannya, sebagai pembelajaran bagaimana dia mampu membela diri dari ancaman lingkungan sekitarnya, pembelajaran bagaimana dia bisa bertahan hidup di hari selanjutnya. Itulah yang saya atakan bahwa bermain adalah belajar yang secara alamiah dan naluriah sudah ada pada setiap makhluk yang dilahirkan.
Manusia sebagai makhluk yang jauh lebih sempurna dari binatang tentunya dalam memaknai bermain tidak hanya sekedar mempertahanan hidup saja, karena manusia mempunyai jiwa, akal pikiran dan perasaan.
Bermain adalah sarana tumbuh kembang bagi anak, Melalui bermain anak melakukan gerakan-gerakan yang bermanfaat untuk pertumbuhan mereka, bermain juga sarana belajar yang esensial bagi mereka. Melalui bermain, anak belajar tentang sosialisasi, negosiasi, berkomunikasi, pemecahan masalah, sudut pandang, pikiran dan perasaan orang lain.
Bermain atau mengantarkan anak bermain harus dibarengi dengan bimbingan orang tua, tidak semua permainan harus dilepas sendiri pada anak, tetapi juga orang tua tidak perlu selalu mengatur anak dalam bermain. Pada permainan-permainan tertentu orang tua juga harus ikut serta dalam permainan itu, namun pada permainan yang lain anak juga harus diberi kesempatan untuk melakukan dan menyelesaikan permainannya sendiri. Terkadang orang tua terlalu memaksakan keinginannya dalam bermain, yang secara tidak sadar orang tua telah menghambat kreativitas anak dalam menyelesaikan persoalan. Bimbingan dan arahan juga masih sangat penting, terutama dizaman modern ini, tidak sedikit permainan anak yang kurang mendidik bahkan cenderung berdampak negatif bagi anak. Disinilah peran orang tua sangat penting dalam membimbing, mengarahkan serta memilih bentuk-bentuk permainan.
Cukup banyak hambatan-hambatan yang dihadapi orang tua dalam mengarahkan anak melalui permainan. Tidak hanya menyangkut waktu yang banyak tersita oleh pekerjaan-pekerjaan atau aktivitas di kantor, tetapi juga “kemampuan” dalam memilih permainan yang sesuai dengan anak, permainan yang lebih mendidik, karena sebenarnya permainan itu tidak harus mahal, tidak harus canggih tetapi yang lebih penting bentuk dan jenis permainan itu mampu mendidik dan mengembangkan anak. Bahkan sebenarnya banyak permaianan-permainan yang bisa dibuat sendiri, dan jika alat permainan itu mampu dibuat sendiri juga merupakan pelajaran bagi anak agar kreatif dan mendidik anak agar mampu dan mau menghargai hasil karya sendiri.