Laman

*** BINA PSIKOLOGI SURABAYA *** Alamat : Jl. Kedung Tarukan 2 / 31-A Surabaya, Telp. 03170272815 / 0817309685, email : mudhar.bps@gmail.com

Selasa, 07 Juni 2011

UNAS

Pelaksanaan Ujian Nasional mulai dari SD sampai dengan SMA/SMK sudah selesai, bahkan hasilnya untuk tingkat SMP dan SMA/SMK sudah diumumkan. Perjalanan proses pelaksanaan ujian nasional tidak berjalan sempurna, banyak persoalan-persoalan yang bertolak belakang dengan tujian unas itu sendiri. Tujuan untuk memperoleh output yang berkualitas dari proses belajar-mengajar tidak sesuai dengan harapan mulia dari unas.
Coba kita lihat kembali satu persatu persoalan yang terjadi dalam unas.
Pertama, ketika siswa memasuki kelas VI, kelas IX, dan kelas XII sekolah sudah mulai sibuk mempersiapkan anak didiknya dalam menghadapi unas. Hal ini adalah suatu hal yang wajar dan mutlak harus dilakukan oleh sekolah. Namun yang menjadi persoalan, persiapan itu semata-mata agar para siswanya mampu menjawab soal-soal unas dengan baik. Jelas disini bahwa tujuan unas untuk memperoleh lulusan yang berkualitas sudah mulai bergeser dengan tujuan agar siswanya bisa lulus dengan nilai baik semata. Padahal ranah pendidikan tidak sekedar kognitif semata, tapi juga menyangkut afektif dan konatif. Sedangkan soal-soal dalam unas hanya menyangkut ranah kognitif saja. Persoalan di kelas VI, kelas IX, dan kelas XII tidak hanya itu saja. Pemadatan materi dalam proses belajar sudah mulai terasa sejak semester awal. Dan terlihat sekali, ketika memasuki semester genap atau semeste kedua, materi yang seharusnya diberikan dalam dua semester sudah terselesaikan pada semester satu, sehingga ketika memasuki semester dua hari-hari sekolah hanya diisi dengan latihan (try out) unas, selama kurang lebih lima bulan, siswa disuapi dengan soal-soal prediksi unas.
Kedua, orang tuapun hanyut dalam arus kesibukan unas. Banyak yang juga dilakukan orang tua agar putra-putrinya dapat lolos dari cengkraman unas. Mulai dari yang logis dampai dengan yang tidak masuk akalpun ditempuh oleh orang, mulai dari yang ilmiah sampai dengan yang bersifat magis. Paling tidak sejak setahun menjelas unas, orang tua sudah mulai sibuk mencarikan lembaga bimbingan belajar, itusih masuk akal dan sangat logis. Setelah dua atau tiga bulan menjelang unas, tidak sedikit para orang tua pergi ke dukun atau kiyai dengan membawa pensil 2Bnya agar didoakan dengan harapan agar ada kekuatan ada pensil itu, konyol memang, tapi itulah yang terjadi.
Kegiga, pada saat pelaksanaan unas. Sebenarnya pemerintah telah berusaha agar tidak terjadi kecurangan dalam proses pelaksanaan unas, misalnya dengan memberlakukan sistem silang dalam pengawas ujian. Namun hal ini juga tidak begitu ampuh, ternyata masih banyak kecurangan-kecurangan yang terjadi. Bagaimanapun masing-masing pengawas juga memiliki murid yang ingin lulus, sehingga saling “pengertian” diantara pengawaspun sering terjadi. Bahkan ada kabar bahwa sekolah juga membentuk “tim sukses” unas, dan bahkan yang sangat ironis perilaku seperti ini ada bahkan mungkin banyak yang melibatkan siswa.
Keempat, kelima, keenam, ketujuh dan mungkin sampai keseribu akan ditemui kasus-kasus tercela berkaitan dengan ujian nasional ini. Silahkan saudara lanjutkan sendiri cerita ini sesuai dengan yang dirasa, dilihat dan didengar.