KREATIVITAS
A. Konsep Kreativitas
Kreativitas didefinisikan
tergantung dari orang memandangnya. Hal ini karena dua alasan, pertama karena
kreativitas “konstruk hipotetis” dan yang kedua definisi kreativitas tergantung
pada dasar teori yang menjadi acuan pembuat definisi. Berdasarkan penekanannya
definisi kreativitas dibedakan ke dalam empat dimensi; person, proses, produk
dan press. Rhodes (1961) menyebutnya “the four p’s of creativity”, berdasarkan
analisis faktor Guilford menemukan lima sifat yang menjadi ciri kemampuan
berpikir kreatif, yaitu: kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian
(originality), penguraian (elaboration), dan perumusan kembali (redefinition). Selain
itu definisi kreativitas juga dibedakan ke dalam definisi konsensual dan konseptual.
Definisi konsensual menekankan segi produk kreatif yang dinilai derajat kreativitasnya
oleh pengamat yang ahli. Menurut Amabile (1983: 33) mengemukakan bahwa suatu
produk atau respons seseorang dikatakan kreatif apabila menurut penilaian orang
yang ahli atau pengamat yang mempunyai kewenangan dalam bidang itu bahwa itu
kreatif. Dengan demikian, kretaivitas merupakan kualitas suatu produk atau
respons yang dinilai kreatif oleh pengamat yang ahli. Definisi konsensual
didasari asumsi-asumsi sebagai berikut: a) produk kreatif atau respons-respons
yang dapat diamati merupakan manifestasi dari puncak kreativitas, b)
kreativitas adalah sesuatu yang dapat dikenali oleh pengamat luar dan mereka
dapat sepakat bahwa sesuatu itu adalah produk kreatif, c) kreativitas berbeda
derajatnya, dan para pengamat dapat sampai pada kesepakatan bahwa suatu produk
lebih kreatif dari pada yang lainnya. Definisi ini sering digunakan dalam
bidang keilmuan dan kesenian, baik yang menyangkut produk, orang, proses maupun
lingkungan tempat orang-orang kreatif mengembangkan kreativitasnya. Definisi
konseptual bertolak dari konsep tertentu tentang kreativitas yang dijabarkan ke
dalam kriteria tentang apa yang disebut kreatif. Walaupun sama-sama menekankan
pada produk, tetapi definisi ini tidak mengandalkan semata-mata pada konsensus
pengamat dalam menilai kreativitas, tetapi pada kriteria tertentu. Menurut Amabile
dalam Dedi Supriadi (1994: 9) sesuatu produk dinilai kreatif apabila: a) produk
tersebut bersifat baru, unik, berguna, benar, atau bernilai dilihat dari segi
kebutuhan tertentu, b) lebih bersifat heuristik, yaitu menampilkan metode yang
masih belum pernah atau jarang dilakukan oleh orang lain sebelumnya. Jadi
definisi ini lebih didasarkan atas pertimbangan penilai yang biasanya lebih
dari satu orang, dalam definisi ini pertimbangan subyektif sangat besar. Definisi
kreativitas yang mewakili definisi konsensual dan definisi konseptual dikemukakan
oleh Stein (1967) yaitu “ The creative work is a novel work that is accepted as
tenable or useful or satisfying by a group in some point in time”. Dimensi kreativitas
menurut definisi ini tercermin pada kriteria kreativitas, yaitu novel, tenable,
useful, dan satisfying. Di pihak lain, dimensi konsensual dinyatakan melalui
kata-kata that is accepted by a group in some point in time.
Pengertian-pengertian setiap
istilah diuraikan sebagai berikut:
Kata novel (baru) berarti bahwa
suatu produk yang dinilai kreatif bersifat orisional. Meskipun tidak baru,
produk tersebut mencerminkan hasil kombinasi baru atau reintegrasi dari hal-hal
yang sudah ada, sehingga melahirkan sesuatu yang baru. Kalimat that the
creative work in tenable or useful or satisfying mengandung arti bahwa suatu produk
kreatif harus berlaku, berguna, dan memuaskan sejauh dinilai oleh orang lain. Ketiga
istilah tersebut menekankan bahwa hasil dari proses kreatif haruslah dikomunikasikan
kepada orang lain, sehingga produk tersebut mengalami validasi konsensual. Oleh
sebab itu, pengakuan orang lain, khususnya para ahli, sangatlah penting.
Kriteria Kreativitas
Penentuan kreativitas menyangkut
tiga dimensi, yaitu: dimensi proses, person dan produk kreatif. Proses kreatif
sebagai kriteria kreativitas, maka segala produk yang dihasilkan dari proses
kreatif dianggap sebagai produk kreatif, dan orangnya disebut sebagai orang
kreatif. Menurut Rothernberg (1976) proses kreatif identik dengan berpikir
Janusian (Dedi Supriadi, 1994), yaitu suatu tipe berpikir divergen yang
berusaha melihat berbagai dimensi yang beragam atau bahkan bertentangan menjadi
suatu pemikiran yang baru. Dimensi person sebagai kriteria kreativitas identik
dengan kepribadian kreatif (creative personality). Kepribadian kreatif menurut
Guilford dalam Dedi Supriadi (1994: 13) meliputi kognitif, dan non kognitif
(minat, sikap, kualitas temperamental). Orang kreatif memiliki ciri-ciri
kepribadian yang secara signifikan berbeda dengan orang-orang yang tidak
kreatif. Karakteristik-karakteristik kepribadian ini menjadi kriteria untuk mengidentifikasi
orang-orang kreatif. Produk kreatif yaitu menunjuk kepada hasil perbuatan,
kinerja, atau karya seseorang dalam bentuk barang atau gagasan. Kriteria ini
merupakan paling ekplisit untuk menentukan kreativitas seseorang, sehingga
disebut sebagai kriteria puncak (the ultimate criteria) bagi kreativitas.
Kriteria kreativitas pendapat
lainnya dibedakan atas dua jenis, yaitu concurent criteria yang didasarkan
kepada produk kreatif yang ditampilkan oleh seseorang selama hidupnya atau
ketika ia menyelesaikan suatu karya kreatif; kedua concurent criteria yang didasarkan
pada konsep atau definisi kreativitas yang dijabarkan ke dalam indikatorindikator
perilaku kreatif.
Asumsi Tentang Kreativitas
Terdapat enam asumsi tentang
kreativitas, yaitu:
1. Setiap orang memiliki
kemampuan kreatif dengan tingkat yang berbeda-beda, tidak ada orang yang sama
sekali tidak memiliki kreativitas.
2. Kreativitas dinyatakan dalam
bentuk produk-produk kreatif, baik berupa benda maupun gagasan (creative ideas)
3. Aktualisasi kreativitas
merupakan hasil dari proses interaksi antara faktor-faktor psikologis
(internal) dengan lingkungan (eksternal)
4. Dalam diri seseorang dan
lingkungannya terdapat faktor-faktor yang dapat menunjang atau menghambat
perkembangan kreativitas.
5. Kreativitas seseorang tidak
berlangsung dalam kevakuman, melainkan didahului oleh, dan merupakan
perkembangan dari hasil-hasil kreativitas orang-orang yang berkarya sebelumnya
(kretaivitas merupakan kemampuan seseorang dalam menciptakan kombinsi-kombinasi
bari dari nilai-nilai yang telah ada sehingga melahirkan sesuatu yang baru)
Jenis-Jenis Studi Kreativitas
Isu-isu dalam studi kreativitas
dapat ditelaah melalui lima dimensi pertanyaan, yaiu: siapa, apa, bagaimana,
mengapa, dan dimana. Masing-masing kelima pertanyaan itu menyangkut dimensi
orang (person) kreatif, produk kreatif, proses kreatif, dorongan yang
menimbulkan perilaku kreatif, dan tempat orang kreatif hidup dan berkembang. Studi
yang diarahkan kepada dimensi person berusaha mencari jawaban atas pertanyaan,
‘siapakah orang kreatif itu ?” yang dalam arti sempit meliputi sikap, minat, motivasi,
dan gaya berpikir.
Studi yang diarahkan kepada
dimensi produk berusaha menjawab pertanyaan, “apakah yang dilakukan atau
dihasilkan individu, atau sekelompok individu sehingga ia/mereka layak disebut
sebagai orang kreatif. Jawaban atas pertanyaan ini menyangkut hasil karya,
prestasi, atau penampilan individu dalam bidang yang ditekuninya. Dimensi
proses dari kreativitas menyangkut pertanyaan, “Bagaimana seseorang dapat
sampai kepada suatu produk kreatif?” proses apakah yang dilaluinya, tahap-tahap
apakah yang dialaminya ?”.
Mengapa orang kreatif melakukan
sesuatu ? motivassi apa yang mendorong mereka melakukan apa yang dilakukannya,
pertanyaan ini menyangkut dimensi press dari kreativitas. Dimensi tempat,
menyangkut pertanyaan, “Dimanakah individu menampilkan kreativitasnya, melalui
pertanyaan ini dapat diungkap mengenai faktor-faktor lingkungan yang
mempengaruhi perkembangan kreativitas seseorang.
Pendekatan Dalam Studi
Kreativitas
Pendekatan studi kreativitas
dapat dibedakan dalam tiga jenis, yaitu: pendekatan psikologis, sosiologis dan
sosio-psikologis. Perspektif psikologis meninjau kreativitas dari segi
kekuatan-kekuatan pada diri seseorang sebagai penentu kreativitas, seperti: inteligensi,
bakat, motivasi, sikap, minat dan disposisi-disposisi kepribadian lainnya. Asumsi
yang mendasari pendekatan psikologis yaitu manusia merupakan organisme alloplastis
yang mampu mengubah lingkungannya. Pendekatan sosiologis, lebih melihat
faktor-faktor lingkungan sosial budaya dalam perkembangan kreativitas. Asumsi
yang mendasari pendekatan ini, yaitu kreativitas lebih merupakan fungsi dari
faktor-faktor lingkungan.
Pendekatan sosial-psikologis
disebut juga pendekatan transaksional. Asumsi pendekatan ini yaitu, kreativitas
individu merupakan hasil dari proses interaksi sosial, dimana individu dengan
segala potensi dan disposisi kepribadiannya mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
lingkungan.
B. Pengukuran Kreativitas
Pengukuran-pengukuran kreativitas
dapat dibedakan atas pendekatan-pendekatan yang digunakan untuk mengukurnya.
Ada lima pendekatan yang lazim digunakan untuk mengukur kreativitas, yaitu: 1)
analisis obyektif terhadap perilaku kreatif, 2) pertimbangan subyektif, 3)
inventori kepribadian, 4) inventori biografis, dan 5) tes kreativitas.
Analisis Obyektif
Pendekatan obyektif dimaksudkan
untuk menilai secara langsung kreativitas suatu produk berupa benda atau
karya-karya kreatif lain yang dapat diobservasi wujud fisiknya. Metode ini
tidak cukup memadai untuk digunakan sebagai metode yang obyektif untuk mengukur
kreativitas (Amabile dalam Dedi Supriadi, 1994: 24), karena sangat sulit
mendeskripsikan kualitas produk-produk yang beragam secara matematis, untuk
menilai kualitas instrinsiknya. Kelebihan metode ini adalah secara langsung
menilai kreativitas yang melekat pada obyeknya, yaitu karya kreatif. Kelemahan
metode ini yaitu hanya dapat digunakan terbatyas pada produk-produk yang dapat
diukur kualitas instrinsiknya secara statistik, dan tidak mudah melukiskan
kriteria suatu produk berdasarkan rincian yang benar-benar bebas dari
subyektivitas.
Pertimbangan Subyektif
Pendekatan ini dalam melakukan
pengukurannya diarahkan kepada orang atau produk kreatif. Cara pengukurannya
menggunakan pertimbangan-pertimbangan peneliti, seperti yang dikemukakan
Francis Galton, Castle, Cox, MacKinnon (Dedi Supriadi, 1994: 25). Prosedur
pengukurannya ada yang menggunakan catatan sejarah, biografi, antologi atau
cara meminta pertimbangan sekelompok pakar. Dasar epistemologis dari pendekatan
ini, yaitu bahwa obyektivitas sesungguhnya adalah intersubyektivitas; artinya
meskipun prosedurnya subyektif hasilnya menggambarkan obyektivitas, karena
sesungguhnya subyektivitas adalah dasar dari obyektivitas. Prosedur lain yang
digunakan dalam pendekatan pertimbangan subyektif yaitu dengan menggunakan
kesepakatan umum, hal tersebut apabila jumlah subyeknya terbatas. Pendekatan
ini merupakan pendekatan yang praktis penggunaannya, dan dapat diterapkan pada
berbagai bidang kegiatan kreatif, juga dapat menjaring orang-orang, produk-produk
yang sesuai dengan kriteria kreativitas yang ditentukan oleh pengukur, dan
sesuai dengan prinsip-prinsip pada akhirnya kreativitas sesuatu atau seseorang ditentukan
oleh apresiasi pengamat yang ahli. Adapun kelemahannya yaitu setiap penimbang
mempunyai persepsi yang berbeda-beda terhadap yang disebut kreatif, dan dapat
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
Inventori Kepribadian
Pendekatan inventori kepribadian
ditujukan untuk mengetahui kecenderungankecenderungan kepribadian kreatif
seseorang atau korelat-korelat kepribadian yang berhubungan dengan kreativitas.
Kepribadian kreatif meliputi sikap, motivasi, minat, gaya berpikir, dan
kebiasaan-kebiasaan dalam berperilaku. Alat ukurnya: Skala sikap kreatif
(Munandar, 1997), Skala kepribadian kreatif (Dedi Supriadi, 1985), How do you thing
? (Davis & Subkoviak, 1975), Group inventory for finding creative talent
(Rimm, 1976), Kathena-Torrance creative perception inventory (Torrance Kathena,
1976), creative personality scale (Gough, 1979), creative assessment packet
(Williams, 1980), Scales for rating the behavioral characteristics of superior
students (Renzulli, 1976), creative motivation inventory (Torrance, 1963),
Imagination inventory (Barber & Wilson, 1971), Creative Attitude survey
(Schaefer, 1971). Alat-aalat ukur ini dapat mengidentifikasi
perbedaan-perbedaan karakteristik orang-orang yang kreativitasnya tinggi dan
orang-orang yang kreativitasnya rendah. Item-itemnya biasanya menggunakan
forced choice (ya, tidak) atau skala likert (Sangat setuju, Setuju, rangurangu,
dan Tidak setuju).
Inventori Biografis
Pendekatan ini digunakan untuk
mengungkapkan berbagai aspek kehidupan orang-orang kreatif, meliputi identitas
pribadinya, lingkungannya, serta pengalamanpengalaman kehidupannya.
Tes Kreativitas
Tes ini digunakan untuk
mengidentifikasi orang-orang kreatif yang ditunjukkan oleh kemampuannya dalam
berpikir kreatif. Hasil tesnya dikonversikan ke dalam skala tertentu sehingga
menghasilkan CQ (creative quotient) yang analog dengan IQ (intellegence
quotient) untuk inteligensi. Terdapat beberapa tes kreativitas, yaitu:
alternate uses, test of divergent thinking, creativity test for children
(Guilford, 1978), Torrance test of creative thinking (Torrance, 1974) ,
creativity assessment packet (Williams, 1980), tes kreativitas verbal
(Munandar, 1977). Bentuk soal tes ini umumnya berupa gambar dan verbal. Perbedaan
tes inteligensi dengan tes creativitas, yaitu pada kriteria jawaban. Tes inteligensi
menguji kemampuan berpikir memusat (konvergen), karena itu ada jawaban benar
dan salah, sedangkan tes creativitas menguji berpikir menyebar (divergen) dan tidak
ada jawaban benar atau salah.