Laman

*** BINA PSIKOLOGI SURABAYA *** Alamat : Jl. Kedung Tarukan 2 / 31-A Surabaya, Telp. 03170272815 / 0817309685, email : mudhar.bps@gmail.com

Selasa, 22 November 2011

PROSES vs HASIL



Nabi Nuh berada di tengah-tengah kaumnya selama sembilan ratus lima puluh tahun berdakwah menyampaikan risalah Tuhan, mengajak mereka meninggalkan penyembahan berhala dan kembali menyembah dan beribadah kepada Allah Yang maha Kuasa memimpin mereka keluar dari jalan yang sesat dan gelap ke jalan yang benar dan terang, mengajar mereka hukum-hukum syariat dan agama yang diwahyukan oleh Allah kepadanya, mengangkat derajat manusia yang tertindas dan lemah ke tingkat yang sesuai dengan fitrah dan kodratnya dan berusaha menghilangkan sifat-sifat sombong dan congkak yang melekat pada para pembesar kaumnya dan medidik agar mereka berkasih sayang, tolong-menolong diantara sesama manusia.
Akan tetapi dalam waktu yang cukup lama itu, Nabi Nuh tidak berhasil menyadarkan dan menarik kaumnya untuk mengikuti dan menerima dakwahnya beriman, bertauhid dan beribadat kepada Allah kecuali sekelompok kecil kaumnya yang tidak mencapai seratus orang, walaupun ia telah melakukan tugasnya dengan segala daya-usahanya dan sekuat tenaganya dengan penuh kesabaran dan kesulitan menghadapi penghinaan, ejekan dan cercaan makian kaumnya, karena ia mengharapkan akan datang masanya di mana kaumnya akan sadar diri dan datang mengakui kebenarannya dan kebenaran dakwahnya.
Selain itu, Nabi Nuh pun “gagal” dalam mengajak puteranya Kan’aan untuk kembali kejalan yang benar, kembali kejalan yang diridhoi Allah, dia tetap memilih jalannya sendiri bersama dengan orang-orang kafir lainnya.
Pertanyaannya sekarang :
Apakah Nabi Nuh adalah Nabi yang gagal dalam menjalankan tugas kenabiannya ?
Apakah Nabi Nuh akan mendapatkan siksa (dosa) karena tidak mampu mengajak kaumnya kejalan Allah ?
Nabi Nuh bersedih hati dan berdukacita atas kematian puteranya dalam keadaan kafir tidak beriman dan belum mengenal Allah. Beliau berkeluh-kesah dan berseru kepada Allah : "Ya Tuhanku, sesungguhnya puteraku itu adalah darah dagingku dan adalah bahagian dari keluargaku dan sesungguhnya janji-Mu adalah janji benar dan Engkaulah Maha Hakim yang Maha Berkuasa."
Allah berfirman : "Wahai Nuh, Sesungguhnya dia puteramu itu tidaklah termasuk keluargamu, karena ia telah menyimpang dari ajaranmu, melanggar perintahmu menolak dakwahmu dan mengikuti jejak orang-orang yang kafir daripada kaummu. Coretlah namanya dari daftar keluargamu. Hanya mereka yang telah menerima dakwahmu mengikuti jalan mu dan beriman kepada-Ku dapat engkau masukkan dan golongkan ke dalam barisan keluargamu yang telah Aku janjikan perlindungannya dan terjamin keselamatan jiwanya. Adapun orang-orang yang mengingkari risalahmu, mendustakan dakwahmu dan telah mengikuti hawa nafsunya dan tuntutan Iblis, pastilah mereka akan binasa menjalani hukuman yang telah Aku tentukan walau mereka berada dipuncak gunung. Maka janganlah engkau sesekali menanyakan tentang sesuatu yang engkau belum ketahui. Aku ingatkan janganlah engkau sampai tergolong ke dalam golongan orang-orang yang bodoh."
Jelaslah disini bahwa Allah mementingkan proses dari pada hasil, Allah tetap menghargai usaha yang telah dilakukan Nabi Nuh untuk mengajak kaumnya agar beriman kepada Allah.





Rabu, 09 November 2011


PROFESI

Setiap orang yang masih ingin hidup tentunya harus mencari nafkah, ada yang bekerja di perusahaan, ada yang menjadi PNS, ada yang berwirastasta, ada yang menjadi sopir, ada yang menjadi tukang becak, ada yang menjadi petani, ada yang menjadi nelayan, tukang pungut ZIS (zakat, infaq, shodaqoh) dan masih banyak yang lainnya, dan jika disebutkan semua halaman ini tidak akan mampu memuatnya. Yang sering menjadi pertanyaan apakah semua pekerjaan tersebut merupakan “profesi” ? Jawabannya, semua orang sepakat bahwa semua profesi adalah pekerjaan, tetapi tidak semua pekerjaan adalah profesi.
Profesi adalah suatu bentuk pekerjaan yang mengharuskan pelakunya memiliki pengetahunan tertentu yang diperoleh melalui pendidikan formal dan keterampilan tertentu yang didapat melalui pengalaman bekerja pada orang yang terlebih dahulu menguasai keterampilan tersebut, dan terus memperbaharui keterampilannya sesuai dengan perkembangan teknologi. Jelas pengertian profesi menitik beratkan pada kemampuan yang diperoleh dari pendidikan formal, sedangkan pada pekerjaan tidak mengharuskan demikian. Marilah kita lihat beberapa karakteristik tentang pekerjaan yang menjadi profesi.
1. Keterampilan yang berdasar pada pengetahuan teoretis: Profesional diasumsikan mempunyai pengetahuan teoretis yang ekstensif dan memiliki keterampilan yang berdasar pada pengetahuan tersebut dan bisa diterapkan dalam praktik.
2. Asosiasi : Profesi biasanya memiliki organisasi profesi, yang memiliki persyaratan khusus untuk menjadi anggota.
3. Pendidikan formal : Profesi yang prestisius biasanya memerlukan pendidikan yang lama dalam jenjang pendidikan tinggi.
4. Ujian kompetensi: Sebelum memasuki organisasi profesional, biasanya ada persyaratan untuk lulus dari suatu tes yang menguji terutama pengetahuan teoretis.
 5. Pelatihan institutional: Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan istitusional dimana calon profesional mendapatkan pengalaman praktis sebelum menjadi anggota penuh organisasi. Peningkatan keterampilan melalui pengembangan profesional juga dipersyaratkan.
6. Lisensi: Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi sehingga hanya mereka yang memiliki lisensi bisa dianggap bisa dipercaya.
7. Otonomi kerja: Profesional cenderung mengendalikan kerja dan pengetahuan teoretis mereka agar terhindar adanya intervensi dari luar.
 8.Kode etik: Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para anggotanya dan prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan.
 9.Mengatur diri: Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya sendiri tanpa campur tangan pemerintah. Profesional diatur oleh mereka yang lebih senior, praktisi yang dihormati, atau mereka yang berkualifikasi paling tinggi.
10.Layanan publik dan altruisme: Diperolehnya penghasilan dari kerja profesinya dapat dipertahankan selama berkaitan dengan kebutuhan publik, seperti layanan dokter berkontribusi terhadap kesehatan masyarakat.
11.Status dan imbalan yang tinggi: Profesi yang paling sukses akan meraih status yang tinggi, prestise, dan imbalan yang layak bagi para anggotanya. Hal tersebut bisa dianggap sebagai pengakuan terhadap layanan yang mereka berikan bagi masyarakat.

Nah sekarang apakah pekerjaan anda adalah suatu profesi ?

Senin, 07 November 2011

DAGING QURBAN UNTUK SIAPA ?

Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar walillahilhamdu ….
10 Dzulhijah merupakan salah satu hari besar umat islam, hari raya idul adha atau juga sering disebut hari raya qurban, karena pada hari ini umat islam dianjurkan untuk melaksanakan qurban. Firman Allah dalam al-qur’an“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.” (QS. Al Kautsar : 2). Dan sabda Rasulullah SAW, "Barangsiapa memiliki keluasaan (untuk berkorban) namun tidak berkorban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat kami."


Berbeda dengan ibadah zakat, tidak seluruh daging qurban itu wajib diberikan kepada fakir miskin. Istilah mustahiq dalam qurban berbeda dengan dalam zakat/shadaqoh yang meliputi 8 golongan, Fakir, miskin, amil, muallaf, budak, orang yang berhutang, fisabilillah dan ibnu sabil. Untuk qurban, dianjurkan untuk mengalokasikan daging qurban dalam 3 bagian. 1/3 untuk shadaqah (fakir miskin, dll), 1/3 untuk hadiah (kerabat, tetangga, dll termasuk non muslim, 1/3 untuk pengurban dan keluarganya (kecuali qurban nadzar, pengurban haram memakan bagian qurban). Alokasi itu sifatnya anjuran (sunnah) bukan kewajiban sehingga bisa dialokasikan berbeda misal semua untuk fakir miskin, atau alokasi lainnya. Hanya saja diwajibkan untuk selalu ada bagian shadaqoh meski sedikit, misal daging qurban semua di makan pengurbannya kecuali 1 kg diserahkan fakir miskin maka tetap sah sebagai qurban tetapi dengan nilai sedekah yang sedikit.

Jadi tidak ada masalah dalam pembagian daging qurban untuk orang kaya karena mereka pun punya hak dibagi qurban meski tidak memiliki hak memaksa karena kewenangan membagikan adalah hak pengurban. Bahkan yang lebih diutamakan tentu saja adalah sesuai sunnah yang membagi 3 bagian untuk shadaqoh, hadiah dan pengurban.

Minggu, 06 November 2011


Verbal dan Non Verbal

Hasil survey menunjukkan bahwa daya serap seseorang terhadap informasi atau pesan yang diterima antara tulisan (kata-kata),  voice (suara) dan visual menunjukkan bahwa daya serap terhadap informasi :
Words = 7%
Voice = 38%
Visual = 55%
Hal ini membuktikan bahwa orang lebih mudah dan lebih fokus terhadap informasi yang berupa visual. Bahasa tubuh sering kali diabaikan dalam proses komunikasi sehari-hari, penyampai pesan (komunikator) lebih banyak menyampaikan pesan melalui kata-kata yang diucapkan. Guru lebih banyak menyampaikan materi pelajaran dengan ceramah-ceramah di depan kelas. Padahal penerima pesan lebih mudah dalam menangkap pesan yang berbentuk non verbal.
Mari kita lihat, ketika ada orang mengatakan “saya mohon maaf” kata-kata yang disampaikan itu adalah kalimat yang baik, kata-kata yang terpuji, namun jika disampaikan dalam wajah yang cemberut tentunya maknanya sudah berbeda. Kalimat yang baik (saya minta maaf) tadi akan hilang menjadi makna yang negatif, mungkin akan diartikan sebagai ungkapan yang terpaksa. Didalam proses interakasi dan komunikasi sehari-hari, sering kali bahasa tubuh ini diabaikan, padahal tidak sedikit orang tersinggung karena bahasa tubuhnya.

Agar komunikasi dapat efektif tentunya harus diselaraskan antara bahasa tubuh dengan bahasa verbalnya. Ketika bahasa lisan (kata-kata) tidak sesuai (bertentangan) dengan bahasa tubuh, maka penerima pesan akan memaknai atau akan menerima bahasa tubuhnya, sehingga pesan lisannya tidak akan berguna.

Selasa, 30 Agustus 2011

Keseragaman Vs Keberagaman

 Jika kita melihat perbedaan warna yang ada pada warna pelangi “Subhanallah begitu indahnya”, jika kita melihat kain ihrom yang di pakai ketika di padang arafah, “Subhanallah begitu indah dan agungnya”. Banyak orang mengatakan bahwa perbedaan itu indah, ada juga yang mengatakan bahwa keseragaman itu juga indah.
Bertahun-tahun umat islam dalam merayakan Idul Fitri sering kali tidak bersamaan, bahkan setiap ormas islam memiliki pandangan dan pegangan tertentu dalam menentukan awal dan akhir ramadhan. Untuk menentukan 1 sawal 1432 H di Indonesia paling sedikitnya ada 3 macam, ada yang menetapkan 1 sawal pada tanggal 29 Agustus, ada yang tanggal 30 Agustus dan pemerintah menetapkan 1 sawal 1432 H tanggal 31 Agustus 2011. Subhanallah …. Allah Maha Agung …. Yang telah memberikan keberagaman dalam hidup dan dalam menjalankan ibadah.
Ketika keberagaman itu dianggap sebagai keniscayaan dan dianggap sebagai suatu dinamika hidup, maka keindahanlah yang dapat kita lihat, namun jika keseragaman yang dianggap sebagai keniscayaan, maka musibah yang akan diperoleh.
Sepertinya semakin masyarakat ini semakin pinter maka semakin beragamlah pendapat ataupun penafsiran yang terjadi. Masing-masing orang pinter telah memiliki panafsiran yang berbeda-beda terhadap suatu hal. Yang saya harapkan mudah-mudahan perbedaan itu masih bisa dilihat keindahannya, bukan perbedaan yang tidak bisa dipadukan.
Selamat HARI RAYA IDUL FITRI mohon maaf lahir dan batin

Selasa, 26 Juli 2011

MARHABAN YAA RAMADHAN : Reward bukan solusi yang tepat untuk melatih anak berpuasa

Sebentar lagi bulan puasa tiba, kewajiban untuk semua umat muslim untuk menunaikan ibadah puasa selama satu bulan penuh selama bulan ramadhan. Selain ibadah puasa bulan ramadhan juga banyak dijadikan ajang untuk meraup keuntungan memperoleh pahala yang besar. Selama 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu seakan-akan hanya ingin dilalui dengan pekerjaan-pekerjaan yang baik saja. Setiap orang muslim berlomba-lomba untuk mendapatkan pahala bulan ramadhan, masjid surau dan muholla penuh dikunjungi jemaah yang ingin menunaikan sholat tarawih, bahkan sampai meluber kehalamannya.
Satu lagi yang sering kita lihat bahkan kita alami, adalah pembelajaran atau pendidikan berpuasa pada anak-anak kita. Keinginan orang agar anaknya yang mungkin baru berusia 4 tahun agar bisa melakukan ibadah puasa adalah sangat mulia dan sangat didambakan oleh semua keluarga muslim. Berbagai cara dan daya upaya agar anaknya juga bisa menjalankan puasa. Mulai dari belajar berpuasa sampai dengan jam 10 pagi, jika sudah mampu dilanjukan dengan berpuasa sampai dengan waktu sholat dzuhur, jika sudah mampu akan dicoba lagi berpuasa sampai dengan waktu shalat ashar, dan begitu seterusnya sampai putra-putri mereka mampu menjalankan puasa sampai waktunya terbenam matahari, itulah mungkin yang sering kita dengar dan kita lihat dalam mendidik serta melatih anak berpuasa.
Reward atau hadiah juga sering dijadikan sarana untuk melatih agar agak mau berpuasa. Orang tua sering berkata : ”Nak kalau kamu mampu berpuasa 1 hari maka pada hari raya idul fitri nanti kamu akan saya kasih hadiah uang 10 ribu, jika 2 hari 20 ribu, dan jika sebulan penuh maka akan saya kasih 500 ribu”
Itulah salah satu cara untuk meningkatkan motivasi anak untuk berpuasa yang mungkin sering kita lihat, sering kita dengar dari orang tua, bahkan mungkin sering kita lakukan sendiri. Memang cara ini sangat ampuh untuk memotivasi anak agar berpuasa. Banyak anak yang mau menjalankan puasa karena adanya Reward. Namun kalau ini dijadikan senjata agar anak mau menjalankan puasa, maka yang dikhawatirkan anak akan selalu menilai bahwa setiap aktivitas bahkan ibadah akan selalu dinilai dengan hadiah. Sehingga nilai keikhlasan ibadahnya akan berkurang bahkan tidak ada. Saya bukanlah orang yang anti Reward dalam mendidik anak, tapi Reward tersebut adalah langkah terakhir atau bisa jadi juga sewaktu-waktu, tidak terlalu sering dilakukan. Saya sangat setuju jika Reward itu bukan berupa materi tetapi berupa aspek psikologis, berupa pujian dan yang terpenting adalah berupa nikmat Allah yang sudah dijanjikan. Nah kalau anak sudah dijanjikan dengan nikmat Allah yang akan selalu diterima, insyaallah dalam setiap ibadah termasuk menjalankan puasa hanya akan bermuara kepada ridho ilahi robbi, amin yaa robbal alamin, ”SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA”.

Selasa, 07 Juni 2011

UNAS

Pelaksanaan Ujian Nasional mulai dari SD sampai dengan SMA/SMK sudah selesai, bahkan hasilnya untuk tingkat SMP dan SMA/SMK sudah diumumkan. Perjalanan proses pelaksanaan ujian nasional tidak berjalan sempurna, banyak persoalan-persoalan yang bertolak belakang dengan tujian unas itu sendiri. Tujuan untuk memperoleh output yang berkualitas dari proses belajar-mengajar tidak sesuai dengan harapan mulia dari unas.
Coba kita lihat kembali satu persatu persoalan yang terjadi dalam unas.
Pertama, ketika siswa memasuki kelas VI, kelas IX, dan kelas XII sekolah sudah mulai sibuk mempersiapkan anak didiknya dalam menghadapi unas. Hal ini adalah suatu hal yang wajar dan mutlak harus dilakukan oleh sekolah. Namun yang menjadi persoalan, persiapan itu semata-mata agar para siswanya mampu menjawab soal-soal unas dengan baik. Jelas disini bahwa tujuan unas untuk memperoleh lulusan yang berkualitas sudah mulai bergeser dengan tujuan agar siswanya bisa lulus dengan nilai baik semata. Padahal ranah pendidikan tidak sekedar kognitif semata, tapi juga menyangkut afektif dan konatif. Sedangkan soal-soal dalam unas hanya menyangkut ranah kognitif saja. Persoalan di kelas VI, kelas IX, dan kelas XII tidak hanya itu saja. Pemadatan materi dalam proses belajar sudah mulai terasa sejak semester awal. Dan terlihat sekali, ketika memasuki semester genap atau semeste kedua, materi yang seharusnya diberikan dalam dua semester sudah terselesaikan pada semester satu, sehingga ketika memasuki semester dua hari-hari sekolah hanya diisi dengan latihan (try out) unas, selama kurang lebih lima bulan, siswa disuapi dengan soal-soal prediksi unas.
Kedua, orang tuapun hanyut dalam arus kesibukan unas. Banyak yang juga dilakukan orang tua agar putra-putrinya dapat lolos dari cengkraman unas. Mulai dari yang logis dampai dengan yang tidak masuk akalpun ditempuh oleh orang, mulai dari yang ilmiah sampai dengan yang bersifat magis. Paling tidak sejak setahun menjelas unas, orang tua sudah mulai sibuk mencarikan lembaga bimbingan belajar, itusih masuk akal dan sangat logis. Setelah dua atau tiga bulan menjelang unas, tidak sedikit para orang tua pergi ke dukun atau kiyai dengan membawa pensil 2Bnya agar didoakan dengan harapan agar ada kekuatan ada pensil itu, konyol memang, tapi itulah yang terjadi.
Kegiga, pada saat pelaksanaan unas. Sebenarnya pemerintah telah berusaha agar tidak terjadi kecurangan dalam proses pelaksanaan unas, misalnya dengan memberlakukan sistem silang dalam pengawas ujian. Namun hal ini juga tidak begitu ampuh, ternyata masih banyak kecurangan-kecurangan yang terjadi. Bagaimanapun masing-masing pengawas juga memiliki murid yang ingin lulus, sehingga saling “pengertian” diantara pengawaspun sering terjadi. Bahkan ada kabar bahwa sekolah juga membentuk “tim sukses” unas, dan bahkan yang sangat ironis perilaku seperti ini ada bahkan mungkin banyak yang melibatkan siswa.
Keempat, kelima, keenam, ketujuh dan mungkin sampai keseribu akan ditemui kasus-kasus tercela berkaitan dengan ujian nasional ini. Silahkan saudara lanjutkan sendiri cerita ini sesuai dengan yang dirasa, dilihat dan didengar.

Selasa, 24 Mei 2011

Untuk Pasangan Suami Istri Yang Tinggal Berjauhan

1.    Saling percaya. Hal ini mutlak menjadi dasar utama untuk menjaga keutuhan kelauarga yang hidup berjauhan. Keduanya akan sulit untuk mengetahui secara pasti apa yang sedang dikerjakan dari keduanya, dan juga akan sulit mengontrol kehidupan masing-masing. Hanya saling percayalah yang bisa mengawasi keduanya.
2.   Perbanyak komunikasi. Komunikasi jarak jauh dijaman sekarang sudah banyak tersedia, mudah dan murah. Tinggal hasrat dan kemauan ada apa tidak. Komunikasi menjadi penting karena dengan komunikasi itu kita akan saling mengetahui keadaan pasangan kita, dengan komunikasi berarti kita bisa menunjukkan perhatian kepada pasangan walaupun jauh disana. Dengan komunikasi juga akan banyak hal yang bisa dimusyawarahkan, baik masalah anak, masa depan bahkan tentang kebersamaan lainnya.
3.   Komit dengan pengasuhan anak. Anak adalah investasi keluarga yang sangat besar dan sangat mahal. Tetaplah pada komitmen untuk tetap mengasuh dan mendidik anak wlaupun dengan jarak jauh. Seringlah mengadakan kontak melalui telepon ataupun media internet lainnya untuk tetap menunjukkan kasih sayang kepadanya.
4.  Kirim foto secara berkala. Foto atau gambar pribadi dapat menunjukkan kondisi atau keadaan pasangan yang ada nun jauh disana. Dengan saling mengirim foto akan menjadi pelepas kangen keduanya dengan foto akan menjadi pelepa rindu karena lama tak jumpa.
5. Ajak Anak-Istri/Suami ke tempat kerja. Jika ada waktu (liburan) dan jika memungkinkan (waktu dan biaya) ajak anak dan istri atau suami ketempat kerja, dengan mengajak ketempat kerjanya anak istri atau suami akan lebih meningkatkan rasa saling percaya diantara anggota keluarga. Nilai kepercayaannya akan lebih tinggi jika dibandingkan hanya pulang kerumah (pulang kampung).

Menuju Keluarga Sakinah

Menikah berarti tidak hanya menyatukan dua orang laki-laki dan perempuan, namun juga menyatukan dua rumpun keluarga yang berbeda, baik secara suku, bangsa, adat, budaya, kebiasaan, bahkan juga bisa jadi beda negara. Tidaklah mudah menyamakan dua keluarga yang memang berbeda latar belakangnya, dan juga tidaklah sulit menyatukan keduanya jika keduanya saling menyadari akan keberadaannya. Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan sebelum menikah untuk menuju keluarga yang Sakinah, Mawaddah, Warohmah.
1.      Persiapan psikologis. Tahap ini perlu disadari bahwa dengan menikah akan terjadi situasi baru yang sangat berbeda dengan kondisi sebelumnya. Ada hak dan kewajiban baru yang perlu dilaksanakan diantara keduanya. Keluar rumah tidak bisa sewaktu-waktu dan seenaknya sendiri. Kebebasan yang dialami selama masih bujang tentunya akan sangat terkurangi ketika sudah menikah. Predikat sebagai seorang suami atau seorang itripun akan disandangnya. Bahkan masih banyak lagi perbedaan-perbedaan situasi yang akan terjadi.
2.      Kenalilah calon pasangan anda. Mengenali pasangan anda sangat penting, mengetahui dan mengenali sifat, sikap dan kebiasaan-kebiasaan akan menjadi dasar dalam interaksi keluarga nantinya. Jika sudah bisa megetahui dan mengenali kelebihan dan kekurangannya calon diharapkan akan saling mengisi keduanya. Tidak akan pernah menemukan calon pasangan yang benar-benar sempurna, kekurangan dan kelebihan sudah pasti akan ada pada setiap orang. Dengan mengenali lebih awal kelebihan dan kekurangannya diharapkan bisa saling mengisi, bahkan mungkin juga dengan dikenali kelebihan dan kekurangannya lebih awal anda akan bisa mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Bahkan jika memang tidak mungkin bisa saling mengisi kelebihan dan kekurangannya akan dapat mengambil keputusan lebih awal, tetap dilanjukan kejenjang pernikahan atau mencari pasangan lain.
3.      Tumbuhkan saling percaya. Walaupun pernikahan sudah terhadi bukan berarti kedua pasangan ini akan saling bersama setiap saat, bisa jadi waktu kebersamaannya lebih sedikit jika dibandingkan dengan “hidup sendiri-sendiri”. Artinya walaupun sudah menjadi suami istri mereka akan disibukkan dengan kegiatan masing-masing, jika suaminya bekerja maka waktunya banyak dihabiskan di kantor (tempat kerja) bahkan bisa jadi berangkat jam 6 pagi pulang jam sembilan malem, bertemu dan bercandanya hanya sebentar terus mereka tidur, begitu seterusnya. Dari sinilah rasa saling percaya sangat dibutuhkan, karena rasa saling percaya itulah yang akan mengontrol perilaku kita walaupun tanpa adanya pengawasan dari pasangan kita.
4.      Musyawarah untuk mufakat. Persoalan sudah bisa dipastikan akan terjadi pada setiap pasangan suami istri. Untuk mengatasi itu adalah musyawarah mufakat, bukan untuk mencari siapa yang salah dan siapa yang benar. Tidak jarang ketika ada persoalan atau ada perselisihan diantara keduanya, bukan musyawar mufakat, tapi menang-menangan, selalu merasa benar. Kalau ini terjadi maka penyelesaian tidak akan terjadi. Jika perselisihan ini sering terjadi sebenarnya sangat mudah, ada pepatah jawa yang sangat populer “Sing Waras Ngalah”, artinya yang sadar mengalah, karena sebenarnya mengalah bukan berarti kalah, mengalah demi untuk hal yang lebih besar yaitu keutuhan rumah tangga.

Kamis, 28 April 2011

TURNOVER

Ketika para pemangku HRD bertemu atau berkomunikasi yang banyak ditanyakan atau dibicaran berkisar tentang rekruitmen karyawan baru. Menurut mereka hampir setiap hari para HRD ini memasang iklan ataupun melakukan tes selekasi. Adanya proses seleksi setiap hari bukanlah berarti bertambah berkembangnya perusahaan sehingga membutuhkan tambahan karyawan baru, namun yang terbanyak karena adanya karyawan yang keluar dari perusahaan, sehingga bagian personalia atau HRD sering disibukan dengan proses seleksi karyawan baru. Keluar masuknya karyawan ini yang disebut dengan Turnover. Perputaran atau turnover ini merupakan tantangan khusus bagi devisi pengembangan sumber daya manusia. Karena kejadian-kejadian tersebut tidak dapat diperkirakan dari awal, kegiatan-kegiatan HRD adakalanya tidak mampu mempersiapkan setiap saat pengganti karyawan yang keluar, karena karyawan yang keluar tidak dapat diprediksi dari awal. Di lain pihak, dalam banyak kasus nyata, program pengembangan perusahaan yang sangat baik justru meningkatkan intensi turnover.
Pergantian karyawan atau keluar masuknya karyawan dari organisasi atau perusahaan adalah suatu fenomena penting dalam kehidupan organisasi. Ada kalanya pergantian karyawan memiliki dampak positif. Namun sebagian besar pergantian karyawan membawa pengaruh yang kurang baik terhadap organisasi, baik dari segi biaya maupun dari segi hilangnya waktu dan kesempatan untuk memanfaatkan peluang dalam arti yang lebih luas. Berdampak positif hanya pada aspek bahwa perusahaan tidak berkewajiban memberikan uang tambahan baik berupa pesangon, tunjangan hari tua, mungkin juga kenaikan gaji. Dan ini banyak terjadi pada karyawan-karyawan level bawah, sedangkan pada level menengah ke atas biasanya jarang terjadi turnover kalaupun ada prosestasenya kecil.

Indikator adanya intensi turnover
1. Absensi yang meningkat
Karyawan yang berkinginan untuk melakukan pindah kerja, biasanya ditandai dengan absensi yang semakin meningkat. Tingkat tanggung jawab karyawan dalam fase ini sangat kurang dibandingkan dengan sebelumnya. Sudah sering tidak masuk kerja, sering terlambat.
2. Mulai malas bekerja
Karyawan yang berkinginan untuk melakukan pindah kerja, akan lebih malas bekerja karena orientasi karyawan ini adalah bekerja di tempat lainnya yang dipandang lebih mampu memenuhi semua keinginan karyawan bersangkutan. Semakin besar harapan akan mendapatkan sesuatu yang lebih ditempat lain, semakin besar pula kemalasan dari karyawan tersebut.
3. Peningkatan terhadap pelanggaran tatatertib kerja
Berbagai pelanggaran terhadap tata tertib dalam lingkungan pekerjaan sering dilakukan karyawan yang akan melakukan turnover. Karyawan lebih sering meninggalkan tempat kerja ketika jam-jam kerja berlangsung, maupun berbagai bentuk pelanggaran lainnya.
4. Peningkatan protes terhadap atasan
Karyawan yang berkinginan untuk melakukan pindah kerja, lebih sering melakukan protes terhadap kebijakan-kebijakan perusahaan kepada atasan. Materi protes yang ditekankan biasanya berhubungan dengan balas jasa atau aturan lain yang tidak sependapat dengan keinginan karyawan.
5. Perilaku berbeda dari biasanya
Biasanya hal ini berlaku untuk karyawan yang karakteristik positif. Karyawan ini mempunyai tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas yang dibebankan, dan jika perilaku positif karyawan ini meningkat jauh dan berbeda dari biasanya justru menunjukkan karyawan ini akan melakukan turnover.

Dampak turnover bagi perusahaan/organisasi
Turnover ini merupakan petunjuk kestabilan karyawan. Semakin tinggi turnover, berarti semakin sering terjadi pergantian karyawan. Tentu hal ini akan merugikan perusahaan. Sebab, apabila seorang karyawan meninggalkan perusahaan akan membawa berbagai biaya seperti:
a. Biaya
Biaya ini sangat besar mulai dari proses pengiklanan, seleksi, training sampai pada penempatan, semua ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
b. Waktu
Banyak waktu yang hilang karena adanya proses seleksi karyawan baru ini, waktu yang seharunya bisa dilakukan untuk memikirkan pengembangan karyawan, malah tersita oleh proses rekruitmen karyawan.
c. Tenaga dan pikiran
Banyak tenaga dan pikiran yang tersita oleh keluarnya karyawan, sehingga mungkin banyak hal-hal lain yang sudah diagendakan akan terganggu atau tertunda karena adanya karyawan yang keluar.
d. Adanya produksi
Adanya produksi yang hilang selama masa pergantian karyawan. Selama proses pergantian karyawan sudah dapat dipastikan akan ada proses produksi yang terhambat, terutama pada bidang tugas yang ditinggalkan karyawan tersebut. Minamal proses produksi tersebut akan terganggu sampai datangnya karyawan baru sebagai pengganti. Bahkan mungkin masih tidak optimal, karena karyawan baru tentunya masih perlu adaptasi.

Sabtu, 09 April 2011

DILEMATIS KARYAWAN OUTSOURCING

Semakin hari pengangguran semakin meningkat, hampir 2,5 juta lulusan SMA dalam setiap tahunnya. jumlah pengangguran tingkat sarjana dewasa ini melonjak drastis, yakni dari 183.629 lulusan pada tahun 2006 menjadi 409.890 lulusan pada tahun 2007. ditambah dengan pemegang gelar diploma I, II, dan III yang menganggur, sehingga berdasarkan pendataan tahun 2007 lebih dari 740.000 orang ( Kompas, 06/02/2008).

Berdasarkan informasi yang diperoleh, pada 2005, sarjana yang menganggur sebanyak 183.629 orang. Setahun kemudian, yakni 2006 tercatat 409.890 lulusan tidak memiliki pekerjaan, tahun 2007 menjadi 740.000, dan awal tahun 2009 melonjak mendekati angka satu juta sarjana pengangguran. Hal ini harus diwaspadai, mengingat setiap tahunnya Indonesia memproduksi sekitar 300.000 sarjana dari 2.900 perguruan tinggi.
Sepertinya supplay and demand yang tidak seimbang, setiap tahun lulusan SMA sampai Sarjana semakin meningkat. Disatu sisi ini menunjukkan bahwa kesadaran akan pendidikan pada masyarakat Indoneia sudah bagus, namun disisi yang lain, kesempatan dan peluang kerja yang tidak memadai dapat menambah jumlah pengangguran.

Supplay and demand yang tidak seimbang ini juga membuat adanya kecenderungan calon tenaga kerja ini akan menerima jenis pekerjaan apapun dan status kerja apapun. Perusahaan sebagai penyedia lapangan kerja tentunya menginginkan karyawan yang bagus dengan gaji yang seminimal mungkin. Adanya kecenderungan perusahaan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dan tidak mau repot ini telah menumbuhkan berkembangan badan usaha – badan usaha yang menyediakan tenaga kerja (atau yang sering disebut tenaga outsourcing).
Nasib tenaga-tenaga outsourcing ini sanngat tergantung dari “belas kasihan” perusahaan, jika masih suka dan dibutuhkan, maka akan dipakai, dan jika dirasa sudah tidak dibutuhkan maka akan dikeluarkan. Tidak ada uang pensiun atau pesangon yang akan mereka terima, yang hanya mungkin adalah Jamsostek, itu jika ada.
Memang tidak ada pilihan lain bagi karyawan untuk menolak status sebagai  tenaga outsourcing, karena memang ketersediaan lapangan kerja yang masih jauh lebih sedikit dari calon tenaga kerja.

Jumat, 08 April 2011

JANGAN RAGUKAN KEMAMPUAN ANAK

Sejak kecil mungkin orang tua kita berkeinginan agar anak-anaknya menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa. Lebih  khusus lagi, ingin anaknya bisa jadi dokter, ingin agar anaknya jadi tentara, ingin anaknya agar dari kyai, ingin anaknya agar menjadi presiden, dan lain sebagainya. Keinginan tersebut adalah hal yang wajar, karena orang tua ingin agar anaknya bisa sukses, hidup layak, bahagia di hari tuanya.
Usaha apapun akan dilakukan oleh orang tua, walau kadang sampai mengorbankan harta bendanya. Orang tua bekerja sebagian besar hanya untuk kepentingan putra-putrinya, siang malam tidak mengenal lelah mencari rezeki demi kepentingan anaknya. Kadangkala keinginan orang tua melampaui batas, sehingga anaksering berontak sering protes akan perlakuan orang tua yang dirasa “memaksa” bagi anak. Pagi jam 06.00 berangkat sekolah, pulang jam 13.00, jam 16.00 berangkat ketempat bimbingan belajar jam 18.00 sampai rumah, sampai dirumahpun anak diharuskan belajar sampai jam 20.00 baru anak boleh istirahat (tidur) jam 04.00 pagi sudah dibangunin lagi untuk belajar dan mempersiapkan sekolah, demikian siklus kehidupan anak pada setiap harinya. Si Anak pinginnya masuk jurusan ekonomi, orang tua berkehendak lain, pinginnya orang tua agar anaknya kelak menjadi dokter.
Kadang saya bertanya, mengapa anak burung yang tidak pernah diajari merajut sarang, ketika sudah dewasa dia bisa membuat sarang sendiri. Mengapa tawon bisa memilih madu yang manis, walaupun dulunya dia tidak pernah diajari mencari dan memilih bunga, masih banyak pertanyaan-pertanyaan lain serupa yang menggambarkan bahwa makhluk lahir sudah membawa bekal kemampuan untuk mengatasi masalah-masalah dasar yang akan dialaminya. Namun terkadang manusia terlalu cemas akan kemampuan anaknya untuk mengatasi masalahnya sendiri, orang tua terlalu kurang percaya bahwa putra-putrinya sebenarnya mempunyai potensi dan kemampuan untuk mengatasi masalahnya sendiri.

Senin, 28 Maret 2011

BERBAGI SMS 332301 (KATA-KATA BIJAK)

KATA-KATA BIJAK datang dari provider yang TIDAK BIJAK melalui SMS 332301 bagi pengguna SMART_FREN, yang menjadi TIDAK BIJAK karena pulsa dipotong Rp.500/SMS, sehari bisa sampai 2 kali dapat SMS. Yang menjadi TIDAK BIJAK  lagi SMS tersebut tanpa harus konfrmasi/regestrasi terlebih dahulu, sepertinya setiap pengguna kartu SMART langsung didaftar sebagai pelanggan SMS Kata-Kata BIJAK.
Berbagai upaya (saya dari berbagai pihak) telah dilakukan, antara lain :
  1. Ketik UNREG BIJAK dan kirim ke 3323 hasilnya nihil ..........NOL BESAR
  2. Ketik STOP 01 dan kirim ke 3323 hasilnya JUGA nihil
  3. Saya browsing di internet untuk menghalangi SMS ini, banyak memang saran yang diperoleh antara lain :
  4. Cara Pertama - Habiskan pulsa - Jangan isi pulsa lagi - Gunakan Hp smart sebagai weker saja; Cara kedua - Habiskan pulsa - Jangan isi pulsa lagi - Gunakan Hp smart sebagai ganjal pintu; Cara ketiga - Habiskan pulsa - Jangan isi pulsa lagi - Jual Hp smart mungkin masih bisa laku 50 rb
  5. Akhirnya call ke 881 (customer service smart) tanggapannya hanya permohonan maaf dan akan  diusahakan bantu secepatnya agar dapat berhenti berlangganan SMS KATA BIJAK, itu saja, dan sangat tidak memuaskan.
  6. Forum Diskusi SMS 332301 di Facebook, baru mendapat kepastian bahwa sudah tidak terdaftar layanan SMS 332301. walaupun sudah berhari-hari pulsa dipotong, tapi cukup melegakan.
Selamat Mencoba semoga berhasil

Jumat, 25 Maret 2011

Negasi = Ingkaran

Negasi sering diterjemahkan menjadi ingkaran, penyangkalan,  peniadaan, kata sangkalan (misal kata tidak, bukan)
Negasi dari x = gasal adalah x tidak = gasal.
Negasi dari lapar adalah tidak lapar.
Negasi dari saya haus adalah saya tidak haus.
Jika saya makan, maka saya kenyang.
Kebanyakan orang mengira negasi dari pernyataan di atas adalah:
Jika saya tidak makan maka saya tidak kenyang.
Ternyata jawaban ini salah, bukanlah negasinya.
Jika saya makan maka saya tidak kenyang.
Jika saya tidak kenyang maka saya tidak makan.
Ternyata negasi dari pernyataan diatas juga dianggap tidak benar.
Negasi yang tepat adalah:
Saya makan dan saya tidak kenyang. Atau
Saya makan tapi saya tidak kenyang
 (DAN = TAPI).
JIKA segitiga sama sisi MAKA besar jumlah ketiga sudutnya adalah 180 derajat.
Negasinya adalah:
Segitiga sama sisi TETAPI besar jumlah ketiga sudutnya adalah tidak 180 derajat.
Semoga bermanfaat.

Kamis, 10 Maret 2011

Dimensi Sosial Dalam Sholat (Persiapan)

Ibadah shalat memiliki dua dimensi, dimensi individual dan dimensi sosial. Dimensi individual adalah bagaimana shalat itu dijadikan sarana untuk berkomunikasi secara individu dengan Allah, walaupun dilakukan secara berjema’ah aspek individualnya dalam berkomunikasi dengan Allah menjadi tanggungjawab pribadi-pribadi yang sholat. Sementara dimensi sosial shalat adalah bagaimana shalat membawa dampak positif bagi lingkungan sosial masyarakat dimana individu yang melakukan shalat itu berada. Bahwa sholat dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, merupakan manifestasi nilai-nilai sosial yang berada dalam sholat.
Orang mungkin sering bertanya, mengapa pada kebanyakan orang yang sholatnya rajin, berkali-kali naik haji, senang shodaqoh, tetapi perbuatannya juga banyak yang kotor, banyak yang hina. Nah dari disinilah salah satunya yang bisa diungkap dimensi sosial dari sholat.

1. Tanda Waktu Sholat (Adzan)
Tanda Waktu Sholat atau Adzan dilakukan untuk menunjukkan bahwa waktu sholat sudah tiba oleh karena itu para kaum muslimin segera datang dan berkumpul ke tempat sholat (masjid atau mosholla ataupun tempat lainnya) untuk menunaikan sholat. Kumandang adzan sebagai penunujuk waktu sholat membuktikan tentang adanya kepedulian dari seseorang (muadzin) untuk menyampaikan kepada masyarakat kaum muslimin bahwa sudah tiba waktu sholat. Kaum muslimin tidak perlu melihat jam lagi untuk mengetahui waktu sholat, kaum muslimin tidak perlu memakai alarm untuk mengingatkan waktu sholat. Bagaimana seandainya tidak ada adzan, kemungkinan besar banyak kaum muslimin yang kelewatan bahkan mungkin lupa akan waktu sholat. Adanya bentuk kepedulian dari muadzin inilah yang banyak membantu masyarakat muslim untuk mengingatkan waktu sholat.

2. Iqomah
Iqomah adalah seruan ataupun tanda bahwa sholat akan segera dimulai. Isi iqomat adalah mirip dengan isi adzan, meski ada beberapa perbedaan yg cukup signifikan. Jika adzan hanya memberitahu bahwa waktu sholat telah tiba, sedangkan iqomah memberitahu bahwa sholat akan dimulai, sehingga semua jema’ah sholat pada berdiri membentuk barisan (shof).

3. Barisan dalam Sholat (shof)
Barisan dalam sholat (shof) juga tidak lepas dari dimensi soalnya. Shof atau barisan diharuskan rapat dan lurus adalah untuk memberikan ruang kepada yang lain. Bagaimana seandainya shof dibuat atas kemauannya sendiri. Selain dari aspek estitika yang kurang baik, dari aspek sosial juga sangat penting. Kepedulian dan saling berbagi kepada orang lain juga dapat dilihat dari pengaturan shof dalam sholat ini.

Tentang siapa yang berhak menempati shof pertama, shof kedua, shof ketiga dan seterusnya diatur berdasarkan siapa yang datang lebih awal. Usia, pangkat, jabatan, kekayaan, kiyai, ustad, atau apa saja bukan ukuran untuk menempati shof tertentu. Barangsiapa yang datang paling awal dia berhak menempati shof pertama (dekat dengan imam). Demikian besar dimensi soalnya dari sholat, bahkan dari persiapan sholat.

Senin, 28 Februari 2011

Rahasia Pernikahan Bahagia: "No Sex Before Marriage"

Hidayatullah.com--Studi terbaru menyimpulkan bahwa pasangan yang tidak berhubungan seks sebelum menikah akan memiliki hubungan yang lebih kuat di masa depan.

Para peneliti di School of Family Life, Brigham Young University di Utah Amerika Serikat mewawancarai 2.035 suami-istri soal hubungan intim pertama mereka.

Analisis hasil wawancara menunjukkan bahwa pasangan yang berhubungan intim setelah jadi suami-istri, memiliki hubungan yang jauh lebih sehat dibandingkan yang mulai bersetubuh sejak awal pacaran.

Pasangan yang melakukan \"no sex before marriage\" punya 22 persen lebih tinggi dalam stabilitas hubungan, 20 persen lebih baik dalam tingkat kepuasan hubungan, Mereka juga 15 persen lebih bagus dalam kualitas seks, dan 12 persen lebih bagus dalam komunikasi suami-istri.

Bagaimana terhadap pasangan yang mulai berhubungan intim setelah mereka lama pacaran, tapi sebelum jadi suami-istri? Jawabnya, hanya setengah dari angka-angka di atas.

Menurut para peneliti, hubungan seks sebelum menikah artinya pasangan terlalu menekankan soal fisik dalam hubungan mereka, bukannya soal percaya, setia, dan komitmen.

Profesor Dean Busby, pemimpin penelitian itu, mengemukakan, \"Banyak penelitian dengan topik tersebut memfokuskan diri pada pengalaman individu tentang seks. Hubungan pasangan bukanlah sekedar seks, dan penelitian kami menemukan bahwa mereka yang menunggu hingga jadi suami-istri akan lebih bahagia dalam aspek seksual. Saya pikir ini karena mereka lebih dulu belajar untuk bicara satu sama lain dan melatih diri untuk menyelesaikan masalah.\"

Pendapat tersebut didukung oleh Mark Regnerus, penulis buku \"Premarital Sex in America\".

Menurut dia, pasangan belum menikah tapi sudah berhubungan intim, banyak merasakan hubungan mereka tak cukup terbangun. Ini mereka rasakan saat waktunya hubungan harus lebih stabil dan saling percaya.

\"Apapun agama mereka, menunggu hingga jadi suami-istri akan membuat proses komunikasi jadi lebih baik dan meningkatkan mutu stabilitas hubungan pada jangka panjang dan kepuasan menjalani hidup dengan pasangan.\" [ant/hidayatullah.com]

Selasa, 22 Februari 2011

Stress

Kata stres berasal dari bahasa latin, yaitu “strictus” yang berarti “tight” (ketat) atau “narrow” (sempit) dan “stringere” yang berarti memperketat. Kedua akar kata ini lebih diartikan sebagai perasaan-perasaan internal individu saat mengalami tekanan. Pengertian seperti ini digunakan para ahli hingga akhir abad 19 dan setelah itu pengertian tentang stres terus mengalami perkembangan.
            Menurut Fraser (1992), sejak dulu merupakan istilah yang sulit didefinisikan bagi sementara orang. Stres dan ketegangan itu sinonim atau sama yaitu menggambarkan suatu keadaan fisik yang telah mengalami berbagai tekanan yang melampaui batas ketahanan.
            Menurut Selye (1975) Stres merupakan bagian dari kehidupan dan stres bukanlah hal yang harus dihindari, Kebebasan mutlak dari ganguan stres sesungguhnya hanya didapat melalui kematian. Setiap mamusia tidak dapat terhindar dari stres, terutama bila dihubungkan dengan masalah sosial, pekerjaan, kehidupan sehari-hari, kehidupan keluarga, dan sebagainya. Para eksekutif, para pelajar maupun ibu rumah tangga senantiasa pernah mengalami stres. Stres menyerang tanpa pandang bulu, baik itu laki-laki atau perempuan, tua muda, kaya miskin, semua pernah mengalami apa yang disebut sebagai stres.
            Beberapa ahli mencoba mendefinisikan konsep tentang stres, diantaranya, Maramis (1980) menyatakan stres adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri yang mengganggu keseimbangan. Dalam kehidupan manusia tidak akan terlepas dari apa yang disebut stres. Tanpa stres hidup manusia akan terasa membosankan, tidak ada tantangan untuk maju. Dalam keadaan stres seseorang harus berjuang mengatasi kesulitan sesuai dengan kemampuan. Bila manusia tidak dapat mengatasi masalah dengan baik, maka akan muncul gangguan badan atau bahkan gangguan jiwa.
            Menurut Anorogo dan Widyawati (1995), stres ialah suatu akibat dari tekanan emosional, rangsang-rangsang atau suasana yang merusak keadaan fisiologis seseorang.
            Menurut Atkinson (1993) stres adalah suatu yang terjadi pada seseorang, tekanan atau stresor juga datang dari dalam diri, keyakinan individu dan harapan individu mengenai dunia dan dirinya sendiri dari kebiasaan dan perilaku dan dari kepribadian individu.
            Berdasarkan pendapat para ahli tersebut diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa stres dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mengganggu keseimbangan individu, baik secara fisiologis maupun psikologis untuk bereaksi terhadap tuntutan lingkungan tempat individu berada dan tuntutan tersebut telah melampaui kemampuannya untuk mengatasi secara adaptif .

Sabtu, 12 Februari 2011

Kesiapan Psikologis dalam Menghadapi Pernikahan

   Perkawinan merupakan hukum Allah yang berlaku untuk sebagian besar makhluk hidup yang ada di muka bumi ini, dan merupakan salah satu cara dari makhluk hidup tersebut untuk memelihara dan melestarikan keturunannya. Dengan kawin, kelangsungan hidup garis keturunan dan kelestarian speciesnya akan mampu dipertahankan dari kepunahan.
    Berbicara tentang perkawinan, mungkin lebih baik kita lebih memperjelas dan mempertegas tentang arti dari “perkawinan” itu sendiri, terutama pengertian tersebut dikaitkan dengan kehidupan manusia. Seekor kambing betina telah hamil dan melahirkan, ini adalah hasil perkawinan. Bahkan ada sapi betina yang hamil tanpa pernah bertemu dengan sapi jantan, yang disebut dengan “kawin suntik”. Menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1/1974, perkawinan adalah ikatan lahir-batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami-istri dengan tujuan untuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-Tuhanan Yang Maha Esa. Pengertian perkawinan menurut Undang-Undang No. 1/1974 tersebut sebenarnya lebih tepat kalau dikatakan pernikahan, karena pengertian “perkawinan” sudah lebih banyak atau lebih umum digunakan untuk menjelaskan hubungan seksual atau hubungan dua alat kelamin antara alat penis dan vagina, sehingga kawin dan nikah adalah dua hal yang berbeda yang tidak dapat dipersamakan dan untuk selanjutnya istilah perkawinan menurut Undang-Undang tersebut saya ganti dengan istilah pernikahan.
     Jika kita amati pengertian tersebut, maka pernikahan bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal dari dunia sampai dengan akhirat. Pernikahan bukan sekedar legalitas dari perasaan cinta, asmara dan pemuasan nafsuh belaka, namun ada banyak hal yang lebih mendalam didalam tirani pernikahan, yaitu hak dan tanggung jawab masing-masing orang (suami, istri dan anak serta anggota keluarga yang lain). Dengan demikian ada beberapa hal yang dapat saya sampaikan :
1.  “Kawin” lebih mudah daripada “nikah”
2.  “Kawin” tanpa nikah adalah celaka
3.  “Nikah” tanpa kawin adalah sengsara
      Timbulnya keinginan untuk melakukan perkawinan atau hubungan seksual pada manusia dimulai sejak masa puber, dimana organ-organ seksualnya atau alat reproduksinya sudah mulai berfungsi, yang laki-laki ditandai dengan mimpi basah dan bagi yang perempuan ditandai dengan menstruasi, antara usia 12 s/d 15 tahun. Secara fisik remaja yang sudah pernah mimpi basah atau menstruasi sudah siap untuk kawin, sudah siap dibuahi dan membuahi, namun secara sosial, psikologi dan ekonomi masih perlu dipertanyakan.
      Sering kali “cinta” dijadikan modal utama dan satu-satunya untuk menjalani hidup berumah tangga bagi remaja tanpa memperhitungkan aspek lain, sehingga tidak jarang remaja yang jatuh cinta mengalami “buta tuli”, tidak mampu lagi melihat mana yang baik dan mana yang buruk, tidak mampu lagi mendengar suara-suara kebenaran yang dikatakan orang tua. Padahal mereka tidak akan pernah tahu, apakah psangannya benar-benar mencintai atau tidak, yang ada hanya ucapan-ucapan cinta yang manis, belaian tangan yang mesra, kesetiaan dan kesediaan untuk datang apel, yang semuanya itu belum tentu sesuai dengan hatinya yang sebenarnya, atau mungkin kesetiaan dia hanya bersifat sementara, ketika dia hanya mampu melihat dan mendengar masnisnya asmara. Dengan demikian “saling mencintai” tidak cukup untuk modal sebuah pernikahan, kesiapan emosi bagi calon mempelai sangat dibutuhkan.
      Kematangan emosi mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kelangsungan hidup berumah tangga. Bertambahnya umur seseorang tidak menjamin bertambah matangnya emosi, artinya remaja yang sudah berumur 25 tahun belum tentu lebih matang emosinya dibandingkan dengan remaja yang masih berumur 20 tahun. Kematangan emosional dapat ditandai dengan :

a. Cinta Kasih (kasih-sayang)
Mengartikan “cinta” tidak hanya sebatas suka-sama suka, namun ada nilai-nilai yang lebih konpleks, adanya tenggang rasa, toleransi, solidaritas, tanggungjawab dalam segala kehidupan berumah tangga. “Cinta” bukan berarti adanya kemauan untuk melakukan hubungan seksual.
b. Emosi yang terkendali
Rasa ingin marah, benci, cemburu, cinta, senang, bahagia adalah suatu dari emosi yang mungkin terjadi pada setiap orang. Perasaan-perasaan ini adakalanya datang atau muncul dengan tiba-tiba, apakah karena adanya sebab, ataupun tidak tanpa adanya penyebab yang jelas. Semua emosi harus mampu kita dikendalikan, baik emosi yang mengarah ke negatif maupun mengarah ke positif. Artinya walaupun kita amat sangat mencintai sekali, bukan berarti kita harus memberikan apa saja kepada orang yang dicintai, perasaan cinta harus dikendalikan dan dibatasi. Tidak sedikit pasangan suami istri yang cerai hanya kurang mampu mengendalikan emosi.
c. Emosi yang terbuka
Mengendalikan emosi bukan berarti tidak boleh marah, tidak boleh sedih, tidah boleh cemburu. Rama marah dan cara cemburu perlu ditampakkan, agar orang lain dapat mengetahui apa yang kita rasakan. Selain itu kita juga harus terbuka terhadap kritik dan saran yang diberikan oleh orang lain.
d. Emosi yang tearah
Melampiaskan emosi bukan suatu hal yang “haram” dalam suatu rumah tangga, namun harus proporsional dan sesuai dengan fakta yang ada. Kata orang tidak membabi buta, asal “nyeruduk”. Kalau memang waktunya marah, ya marah, namun harus tahu kepada siapa harus marah. Marah dikantor dibawa pulang.
-    Kesiapan yang lain bagi calon PASUTRI yang perlu diperhatikan, bahwa pernikahan tidak sekedar mempersatukan dua orang yang berbeda jenis kelamin kedalam suatu ikatan pernikahan, namun juga mempersatukan nilai-nilai, sikap, kebiasaan, kebudayaan, bahkan dua keluarga besar yang pasti sangat berbeda, agar tidak terjadi konflik.
-    Adanya hak dan kewajiban bagi suami atau istri, sehingga masing-masing berkewajiban untuk mejalankan tugasnya sebagai seorang istri maupun sebagai seorang suami.
-    Adanya norma baru yang berlaku.


Pra-Nikah bagi Remaja
        Bagaimana remaja menyikapi era global sekarang ini, dimana informasi yang diterima sudah semakin mudah dan murah. Rp. 3.000,- sudah cukup untuk menonton film porno, dan untuk mendapatkannya tidak perlu jauh-jauh, sebelah kanan-kiri kita, sudah banyak menyediakan. Ada tiga pokok pikiran untuk menghadapi medan situasi lingkungan yang semakin merusak moral, yaitu :
1.   Syariat agama
Syariat agama merupakan benteng kuat didalam menghadapi badai lingkungan yang setiap saat dapat mengancam para remaja. Taat dan manut kepada Allah dan Rasulnya insyaallah akan selamat dan terhindar dari badai moral yang dahsyat.
Yang terjadi, remaja 90% meletakkan dirinya sebagai “lekaki” atau “perempuan” dan 10% meletakkan dirinya sebagai manusia. Kalau manusia minat dirinya pada akal budi, sedangkan lekaki atau perempuan minatnya lebih pada halusnya kulit, besarnya payudara, ukuran celana dalam, staminanya, dan seterusnya.
2.   Pendekatan Ilmu dan pengetahuan sosial
Kesadaran akan pentingnya pendidikan sudah terlihat dengan semakin sedikitnya orang yang buta huruf. Namun pendidikan yang dilakukan, baik disekolah, dirumah maupun dalam lingkungan sosial, lebih menekankan pada perubahan knowlidge (pengetahuan) saja, sedangkan pada kesadaran dan pemahaman tentang pengetahuan tersebut, masih belum. Remaja hanya diberikan bahwa yang ini halal yang itu haram, yang ini boleh yaitu itu tidak boleh, tanpa diberikan mengapa itu boleh, mengapa tidak boleh.
3.   Pendidikan cinta
Pendidikan cinta merupakan ilmu yang kurang laku, berbeda dengan pendidikan seks, walaupun bayar mahal pesertanya tetap akan membludak.
Namun pengertian cinta telah mengalami penyempitan, menjadi hubungan lelaki-perempuan, padahal cinta lebih luas mencakup hubungan laki-laki dan perempuan, manusia dengan manusia, manusia dengan Allah, manusia dengan alam.


Tahyul dalam Pernikahan
-    Tidur beralas koranpun tidak apa-apa, asal saling mencinta. Kenyataannya, banyak pasutri yang bercerai dab menikah lagi dengan orang yang lebih kaya.
-       Melakukan hubungan seks pra-nikah membuktikan rasa cinta. Padahal kita tidak pernah tahu tentang kebenaran cintanya.
-       Bibit, bebet dan bobot sangat berpengaruh terhadap keabadian berumah tangga.
-       Gadis selalu berdarah pada waktu malam pertama.
-       Suami selalu diatas, dominan, pencari nafkah sedangkan istri harus pasif, diam dirumah, mengurus anak.