Laman

*** BINA PSIKOLOGI SURABAYA *** Alamat : Jl. Kedung Tarukan 2 / 31-A Surabaya, Telp. 03170272815 / 0817309685, email : mudhar.bps@gmail.com

Senin, 28 Februari 2011

Rahasia Pernikahan Bahagia: "No Sex Before Marriage"

Hidayatullah.com--Studi terbaru menyimpulkan bahwa pasangan yang tidak berhubungan seks sebelum menikah akan memiliki hubungan yang lebih kuat di masa depan.

Para peneliti di School of Family Life, Brigham Young University di Utah Amerika Serikat mewawancarai 2.035 suami-istri soal hubungan intim pertama mereka.

Analisis hasil wawancara menunjukkan bahwa pasangan yang berhubungan intim setelah jadi suami-istri, memiliki hubungan yang jauh lebih sehat dibandingkan yang mulai bersetubuh sejak awal pacaran.

Pasangan yang melakukan \"no sex before marriage\" punya 22 persen lebih tinggi dalam stabilitas hubungan, 20 persen lebih baik dalam tingkat kepuasan hubungan, Mereka juga 15 persen lebih bagus dalam kualitas seks, dan 12 persen lebih bagus dalam komunikasi suami-istri.

Bagaimana terhadap pasangan yang mulai berhubungan intim setelah mereka lama pacaran, tapi sebelum jadi suami-istri? Jawabnya, hanya setengah dari angka-angka di atas.

Menurut para peneliti, hubungan seks sebelum menikah artinya pasangan terlalu menekankan soal fisik dalam hubungan mereka, bukannya soal percaya, setia, dan komitmen.

Profesor Dean Busby, pemimpin penelitian itu, mengemukakan, \"Banyak penelitian dengan topik tersebut memfokuskan diri pada pengalaman individu tentang seks. Hubungan pasangan bukanlah sekedar seks, dan penelitian kami menemukan bahwa mereka yang menunggu hingga jadi suami-istri akan lebih bahagia dalam aspek seksual. Saya pikir ini karena mereka lebih dulu belajar untuk bicara satu sama lain dan melatih diri untuk menyelesaikan masalah.\"

Pendapat tersebut didukung oleh Mark Regnerus, penulis buku \"Premarital Sex in America\".

Menurut dia, pasangan belum menikah tapi sudah berhubungan intim, banyak merasakan hubungan mereka tak cukup terbangun. Ini mereka rasakan saat waktunya hubungan harus lebih stabil dan saling percaya.

\"Apapun agama mereka, menunggu hingga jadi suami-istri akan membuat proses komunikasi jadi lebih baik dan meningkatkan mutu stabilitas hubungan pada jangka panjang dan kepuasan menjalani hidup dengan pasangan.\" [ant/hidayatullah.com]

Selasa, 22 Februari 2011

Stress

Kata stres berasal dari bahasa latin, yaitu “strictus” yang berarti “tight” (ketat) atau “narrow” (sempit) dan “stringere” yang berarti memperketat. Kedua akar kata ini lebih diartikan sebagai perasaan-perasaan internal individu saat mengalami tekanan. Pengertian seperti ini digunakan para ahli hingga akhir abad 19 dan setelah itu pengertian tentang stres terus mengalami perkembangan.
            Menurut Fraser (1992), sejak dulu merupakan istilah yang sulit didefinisikan bagi sementara orang. Stres dan ketegangan itu sinonim atau sama yaitu menggambarkan suatu keadaan fisik yang telah mengalami berbagai tekanan yang melampaui batas ketahanan.
            Menurut Selye (1975) Stres merupakan bagian dari kehidupan dan stres bukanlah hal yang harus dihindari, Kebebasan mutlak dari ganguan stres sesungguhnya hanya didapat melalui kematian. Setiap mamusia tidak dapat terhindar dari stres, terutama bila dihubungkan dengan masalah sosial, pekerjaan, kehidupan sehari-hari, kehidupan keluarga, dan sebagainya. Para eksekutif, para pelajar maupun ibu rumah tangga senantiasa pernah mengalami stres. Stres menyerang tanpa pandang bulu, baik itu laki-laki atau perempuan, tua muda, kaya miskin, semua pernah mengalami apa yang disebut sebagai stres.
            Beberapa ahli mencoba mendefinisikan konsep tentang stres, diantaranya, Maramis (1980) menyatakan stres adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri yang mengganggu keseimbangan. Dalam kehidupan manusia tidak akan terlepas dari apa yang disebut stres. Tanpa stres hidup manusia akan terasa membosankan, tidak ada tantangan untuk maju. Dalam keadaan stres seseorang harus berjuang mengatasi kesulitan sesuai dengan kemampuan. Bila manusia tidak dapat mengatasi masalah dengan baik, maka akan muncul gangguan badan atau bahkan gangguan jiwa.
            Menurut Anorogo dan Widyawati (1995), stres ialah suatu akibat dari tekanan emosional, rangsang-rangsang atau suasana yang merusak keadaan fisiologis seseorang.
            Menurut Atkinson (1993) stres adalah suatu yang terjadi pada seseorang, tekanan atau stresor juga datang dari dalam diri, keyakinan individu dan harapan individu mengenai dunia dan dirinya sendiri dari kebiasaan dan perilaku dan dari kepribadian individu.
            Berdasarkan pendapat para ahli tersebut diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa stres dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mengganggu keseimbangan individu, baik secara fisiologis maupun psikologis untuk bereaksi terhadap tuntutan lingkungan tempat individu berada dan tuntutan tersebut telah melampaui kemampuannya untuk mengatasi secara adaptif .

Sabtu, 12 Februari 2011

Kesiapan Psikologis dalam Menghadapi Pernikahan

   Perkawinan merupakan hukum Allah yang berlaku untuk sebagian besar makhluk hidup yang ada di muka bumi ini, dan merupakan salah satu cara dari makhluk hidup tersebut untuk memelihara dan melestarikan keturunannya. Dengan kawin, kelangsungan hidup garis keturunan dan kelestarian speciesnya akan mampu dipertahankan dari kepunahan.
    Berbicara tentang perkawinan, mungkin lebih baik kita lebih memperjelas dan mempertegas tentang arti dari “perkawinan” itu sendiri, terutama pengertian tersebut dikaitkan dengan kehidupan manusia. Seekor kambing betina telah hamil dan melahirkan, ini adalah hasil perkawinan. Bahkan ada sapi betina yang hamil tanpa pernah bertemu dengan sapi jantan, yang disebut dengan “kawin suntik”. Menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1/1974, perkawinan adalah ikatan lahir-batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami-istri dengan tujuan untuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-Tuhanan Yang Maha Esa. Pengertian perkawinan menurut Undang-Undang No. 1/1974 tersebut sebenarnya lebih tepat kalau dikatakan pernikahan, karena pengertian “perkawinan” sudah lebih banyak atau lebih umum digunakan untuk menjelaskan hubungan seksual atau hubungan dua alat kelamin antara alat penis dan vagina, sehingga kawin dan nikah adalah dua hal yang berbeda yang tidak dapat dipersamakan dan untuk selanjutnya istilah perkawinan menurut Undang-Undang tersebut saya ganti dengan istilah pernikahan.
     Jika kita amati pengertian tersebut, maka pernikahan bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal dari dunia sampai dengan akhirat. Pernikahan bukan sekedar legalitas dari perasaan cinta, asmara dan pemuasan nafsuh belaka, namun ada banyak hal yang lebih mendalam didalam tirani pernikahan, yaitu hak dan tanggung jawab masing-masing orang (suami, istri dan anak serta anggota keluarga yang lain). Dengan demikian ada beberapa hal yang dapat saya sampaikan :
1.  “Kawin” lebih mudah daripada “nikah”
2.  “Kawin” tanpa nikah adalah celaka
3.  “Nikah” tanpa kawin adalah sengsara
      Timbulnya keinginan untuk melakukan perkawinan atau hubungan seksual pada manusia dimulai sejak masa puber, dimana organ-organ seksualnya atau alat reproduksinya sudah mulai berfungsi, yang laki-laki ditandai dengan mimpi basah dan bagi yang perempuan ditandai dengan menstruasi, antara usia 12 s/d 15 tahun. Secara fisik remaja yang sudah pernah mimpi basah atau menstruasi sudah siap untuk kawin, sudah siap dibuahi dan membuahi, namun secara sosial, psikologi dan ekonomi masih perlu dipertanyakan.
      Sering kali “cinta” dijadikan modal utama dan satu-satunya untuk menjalani hidup berumah tangga bagi remaja tanpa memperhitungkan aspek lain, sehingga tidak jarang remaja yang jatuh cinta mengalami “buta tuli”, tidak mampu lagi melihat mana yang baik dan mana yang buruk, tidak mampu lagi mendengar suara-suara kebenaran yang dikatakan orang tua. Padahal mereka tidak akan pernah tahu, apakah psangannya benar-benar mencintai atau tidak, yang ada hanya ucapan-ucapan cinta yang manis, belaian tangan yang mesra, kesetiaan dan kesediaan untuk datang apel, yang semuanya itu belum tentu sesuai dengan hatinya yang sebenarnya, atau mungkin kesetiaan dia hanya bersifat sementara, ketika dia hanya mampu melihat dan mendengar masnisnya asmara. Dengan demikian “saling mencintai” tidak cukup untuk modal sebuah pernikahan, kesiapan emosi bagi calon mempelai sangat dibutuhkan.
      Kematangan emosi mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kelangsungan hidup berumah tangga. Bertambahnya umur seseorang tidak menjamin bertambah matangnya emosi, artinya remaja yang sudah berumur 25 tahun belum tentu lebih matang emosinya dibandingkan dengan remaja yang masih berumur 20 tahun. Kematangan emosional dapat ditandai dengan :

a. Cinta Kasih (kasih-sayang)
Mengartikan “cinta” tidak hanya sebatas suka-sama suka, namun ada nilai-nilai yang lebih konpleks, adanya tenggang rasa, toleransi, solidaritas, tanggungjawab dalam segala kehidupan berumah tangga. “Cinta” bukan berarti adanya kemauan untuk melakukan hubungan seksual.
b. Emosi yang terkendali
Rasa ingin marah, benci, cemburu, cinta, senang, bahagia adalah suatu dari emosi yang mungkin terjadi pada setiap orang. Perasaan-perasaan ini adakalanya datang atau muncul dengan tiba-tiba, apakah karena adanya sebab, ataupun tidak tanpa adanya penyebab yang jelas. Semua emosi harus mampu kita dikendalikan, baik emosi yang mengarah ke negatif maupun mengarah ke positif. Artinya walaupun kita amat sangat mencintai sekali, bukan berarti kita harus memberikan apa saja kepada orang yang dicintai, perasaan cinta harus dikendalikan dan dibatasi. Tidak sedikit pasangan suami istri yang cerai hanya kurang mampu mengendalikan emosi.
c. Emosi yang terbuka
Mengendalikan emosi bukan berarti tidak boleh marah, tidak boleh sedih, tidah boleh cemburu. Rama marah dan cara cemburu perlu ditampakkan, agar orang lain dapat mengetahui apa yang kita rasakan. Selain itu kita juga harus terbuka terhadap kritik dan saran yang diberikan oleh orang lain.
d. Emosi yang tearah
Melampiaskan emosi bukan suatu hal yang “haram” dalam suatu rumah tangga, namun harus proporsional dan sesuai dengan fakta yang ada. Kata orang tidak membabi buta, asal “nyeruduk”. Kalau memang waktunya marah, ya marah, namun harus tahu kepada siapa harus marah. Marah dikantor dibawa pulang.
-    Kesiapan yang lain bagi calon PASUTRI yang perlu diperhatikan, bahwa pernikahan tidak sekedar mempersatukan dua orang yang berbeda jenis kelamin kedalam suatu ikatan pernikahan, namun juga mempersatukan nilai-nilai, sikap, kebiasaan, kebudayaan, bahkan dua keluarga besar yang pasti sangat berbeda, agar tidak terjadi konflik.
-    Adanya hak dan kewajiban bagi suami atau istri, sehingga masing-masing berkewajiban untuk mejalankan tugasnya sebagai seorang istri maupun sebagai seorang suami.
-    Adanya norma baru yang berlaku.


Pra-Nikah bagi Remaja
        Bagaimana remaja menyikapi era global sekarang ini, dimana informasi yang diterima sudah semakin mudah dan murah. Rp. 3.000,- sudah cukup untuk menonton film porno, dan untuk mendapatkannya tidak perlu jauh-jauh, sebelah kanan-kiri kita, sudah banyak menyediakan. Ada tiga pokok pikiran untuk menghadapi medan situasi lingkungan yang semakin merusak moral, yaitu :
1.   Syariat agama
Syariat agama merupakan benteng kuat didalam menghadapi badai lingkungan yang setiap saat dapat mengancam para remaja. Taat dan manut kepada Allah dan Rasulnya insyaallah akan selamat dan terhindar dari badai moral yang dahsyat.
Yang terjadi, remaja 90% meletakkan dirinya sebagai “lekaki” atau “perempuan” dan 10% meletakkan dirinya sebagai manusia. Kalau manusia minat dirinya pada akal budi, sedangkan lekaki atau perempuan minatnya lebih pada halusnya kulit, besarnya payudara, ukuran celana dalam, staminanya, dan seterusnya.
2.   Pendekatan Ilmu dan pengetahuan sosial
Kesadaran akan pentingnya pendidikan sudah terlihat dengan semakin sedikitnya orang yang buta huruf. Namun pendidikan yang dilakukan, baik disekolah, dirumah maupun dalam lingkungan sosial, lebih menekankan pada perubahan knowlidge (pengetahuan) saja, sedangkan pada kesadaran dan pemahaman tentang pengetahuan tersebut, masih belum. Remaja hanya diberikan bahwa yang ini halal yang itu haram, yang ini boleh yaitu itu tidak boleh, tanpa diberikan mengapa itu boleh, mengapa tidak boleh.
3.   Pendidikan cinta
Pendidikan cinta merupakan ilmu yang kurang laku, berbeda dengan pendidikan seks, walaupun bayar mahal pesertanya tetap akan membludak.
Namun pengertian cinta telah mengalami penyempitan, menjadi hubungan lelaki-perempuan, padahal cinta lebih luas mencakup hubungan laki-laki dan perempuan, manusia dengan manusia, manusia dengan Allah, manusia dengan alam.


Tahyul dalam Pernikahan
-    Tidur beralas koranpun tidak apa-apa, asal saling mencinta. Kenyataannya, banyak pasutri yang bercerai dab menikah lagi dengan orang yang lebih kaya.
-       Melakukan hubungan seks pra-nikah membuktikan rasa cinta. Padahal kita tidak pernah tahu tentang kebenaran cintanya.
-       Bibit, bebet dan bobot sangat berpengaruh terhadap keabadian berumah tangga.
-       Gadis selalu berdarah pada waktu malam pertama.
-       Suami selalu diatas, dominan, pencari nafkah sedangkan istri harus pasif, diam dirumah, mengurus anak.

Jumat, 11 Februari 2011

Manfaat Mengenal Bakat

1. Untuk mengetahui potensi diri
Bakat merupakan kemampuan yang lebih menonjol daripada yang lain, baik secara intelektual (teoritis) maupun secara praktis. Bakat merupakan potensi yang dimiliki seseorang karena faktor genetik. Potensi yang dimiliki anak banyak ragamnya, bisa ratusan bahkan ribuan potensi yang dimiliki, namun tentunya hanya ada satu atau dua potensi yang paling menonjol. Tidak mungkin semua potensi yang dimiliki dapat dikembangkan semuanya, hanya potensi-potensi tertentu yang paling menonjol saja yang perlu dikembangkan. Dengan mengetahui bakat yang dimiliki, kita jadi tahu potensi kita dan bisa dikembangkan.
2. Untuk merencanakan masa depan
Meraih masa depan harus dipersiapkan sejak dini, perencanaan masa depan atau cita-cita perlu menjadi pertimbangan yang sangat penting.  Dengan mengetahui bakat yang dimiliki, kita bisa merencanakan mengembangkannya dengan demikian juga turut merencanakan masa depan
3. Untuk menentukan tugas atau kegiatan
Efektivitas pekerjaan sangat tergantung dari bekal kemampuan yang dimiliki, ketika aktivitas pekerjaan sesuai dengan bakatnya entunya hasilnya akan jauh lebih bagus atau lebih maksimal dari pekerjaan yang tidak sesuai dengan bakat atau potensinya. Dengan mengetahui bakat yang dimiliki, kita bisa memilih kegiatan apa yang akan kita lakukan sesuai dengan bakat yang kita miliki.

Kamis, 10 Februari 2011

Bagaimana Mengetahui Bakat Anak ?


Bakat merupakan kemampuan yang lebih menonjol daripada yang lain, baik secara intelektual (teoritis) maupun secara praktis, dimana kedua-duanya memiliki posisi kualitas yang tinggi. Seringkali orangtua merasa benar anaknya memiliki bakat seperti orangtuanya. Maka orangtua pun mencoba membawa anaknya untuk les bahasa Inggris, piano, balet, dan sebagainya. Namun pada akhirnya pengembangan bakat yang diperkirakan akan berpotensi besar nantinya, tidaklah demikian. Malah sebaliknya, bakat tidak berkembang sama sekali. Padahal setap anak itu unik dan memiliki karakter, bakat, dan potensi yang berbeda-beda. 
Setiap anak dipercaya dan dinyakini memiliki bakat sendiri-sendiri.Namun bakat anak ini tidak bisa langsung terlihat begitu saja. Karenanya orang tua harus mengenali dan memahami bakat yang dimiliki anaknya. Dengan memahami bakat anak, akan lebih mudah dan terarah dalam mengembangkannya.
Memahami bakat anak merupakan langkah awal dalam membantu anak meraih masa depannya. Tetapi tahukah kita batasan-batasan tentang keberbakatan itu sendiri dan apa tantangan yang dihadapai dalam mengarahkannya? Apakah anak kita benar berbakat di bidang tertentu atau tidak? Apa yang orang tua dapat lakukan untuk mengenali dan mengembangkan bakat anaknya. Dan apa yang harus diwaspadai agar usaha yang kita lakukan tidak berbuah simalakama. Terlalu ngoyo dalam mendorong salah, tidak didorong pun juga salah. Karena itu penulis mengajak anda untuk menyimak hal-hal yang mendasar tentang keberbakatan ini.
Beberapa cara untuk mengenal bakat anak :
1. Melalui Pengalaman
Bakat merupakan kemampuan yang menonjol dari pada kemamapuan yang lain, untuk mengetahun kemampuan yang mennjol ini perlu dilihat dari bentuk kemampuan dari masing-masing aktivitas yang dilakukan, jadi untuk mengetahui aktivitas atau kegiatan mana yang paling menonjol adalah melalui pengalamannya. Ketika mencoba hal tertentu, ternyata mengalami banyak kemajuan. Seringkali bakat juga dikaitkan dengan hobby, walaupun sebenarnya antara bakat dan hobby tidak ada korelasinya, tapi dengan melihat kegiatan yang sering dilakukan (hobby) itu merupakan indikator awal untuk mengetahui bakat seseorang. Mengetahui bakat anak dari perilaku atau pengalaman ini adalah suatu cara yang sangat mudah dan murah, tidak perlu membutuhkan keahlian atau keilmuan tertentu, cukup dengan melihat dan memperhatikan perilaku anak setiap hari sudah memungkinkan untuk dapat memprediksi bakat anak, walaupun cara ini masih diragukan keakuratannya.
2. Mengikuti Test Bakat
Jaman sekarang yang sekarang sudah banyak terdia alat tes untuk mengukur bakat seseorang. Perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang psikologi telah banyak membantu seseorang untuk mengetahui bakatnya. Namun tidak semua orang bisa melakukan pengukuran bakat ini, masih butuh keahlian dan ilmu untuk bisa melakukan tes bakat. Sebenarnya di berbagai toko buku juga banyak ditemukan banyak ragam alat tes yang dijual bebas, namun alat yang dijual bebas tersebut masih diragukan validitasnya, oleh karena itu lebih baik dari ke biro psikologi untuk mengetahui bakat anak.
3. Metode Fingerprint
Leonardus Eko W direktur eksekutif Brain Child Learning menjelaskan metode fingerprint atau sidik jari ini, dipercaya bisa mengetahui bakat anak sejak dini. Metode ini bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah dengan akurasi 95%. Namun dikalangan ilmuan psikologi masih menjadi perdebatan, tapi semua ini merupakan salah satu bentu usaha untuk mengetahui bakat anak.
Terus kalau sudah diketahui bakatnya ? Untuk apa ?

Selasa, 08 Februari 2011

BAKAT ANAK

Setiap anak lahir dengan potensi dan bakatnya masing-masing. Sayang, setiap orangtua tidak dapat dengan mudah memahami bakat anaknya, terkadang kita sebagai orang tua kurang peka terhadap bakat yang dimiliki putra putrinya. Akibatnya banyak bakat yang tidak dapat  terdeteksi dan tidak dapat dikembangkan sejak dini dan bahkan hilang begitu saja. Apa bakat anak Anda? Menyanyi? Bermain sepak bola? Menulis puisi? Menggambar? Bila hingga saat ini Anda belum memiliki gambaran apa bakat anak anda, segera cari tahu. Mengenali bakat anak memang butuh kecermatan. Jangan juga bakat tidak bisa disamakan dengan pintar. Berbakat berarti memiliki potensi, sedangkan kepintaran didapat dari ketekunan mempelajari sesuatu. Dan hasilnyapun akan berbeda, ketekunan yang tidak dibekali bakat tentu hasilnya tidak sebaik jika ketekunan iti disertai dengan bakat. Sebaliknya juga jika bakat anak tidak didukung lingkungan, ia tak akan berkembang, bakat itu hanya akan terpendam.

SERINGKALI orangtua merasa benar dan merasa pintar bahwa anaknya memiliki bakat seperti orangtuanya. Maka orangtua pun mencoba membawa anaknya untuk les bahasa Inggris, piano, balet, dan sebagainya. Namun pada akhirnya maksud pengembangan bakat anaknya yang diperkirakan akan berkembang pesat nantinya, namun terkadang tidaklah demikian. Kegagalan tidak jarang yang diperoleh, bakat tidak berkembang sama sekali, padahal niat dan usaha orang tua untuk mengembangkan anaknya sedemikian besarnya. Tidak memperdulikan biaya yang akan dikeluarkan demi pengembangan bakat putra-putrinya. Berbagai tempat les, berbagai tempat pengembangan bakat anak, berbagai tempat audisi telah didatangi, hanya dengan satu tujuan, yaitu Bakat Anak.  Padahal setiap anak itu unik dan memiliki karakter, bakat, dan potensi yang berbeda-beda. Tidak semua bakat yang dimilliki orang tuanya dapat diturunkan secara genetik kepada putra putrinya.
Ada anak yang bakatnya terlihat jelas sehingga mudah dikenali. Namun, ada juga yang terlalu menonjol. Keduanya tentu membutuhkan perlakuan yang beda pada awalnya. Lantaran itu berikanlah kesempatan kepada anak untuk mencoba berbagai kegiatan yang bervariasi sehingga dapat menggali dan menemukan bakatnya.
Fudyartanta (2005) mengemukakan bahwa bakat merupakan kemampuan yang lebih menonjol daripada yang lain, baik secara intelektual (teoritis) maupun secara praktis, dimana kedua-duanya memiliki posisi kualitas yang tinggi.
Guildford (Sunaryo, 2004) mengemukakan bahwa bakat bertalian dengan kecakapan untuk melakukan sesuatu.
Sukardi (Sunaryo, 2004) mengartikan bakat sebagai suatu kondisi atau kualitas yang dimiliki oleh individu yang memungkinkan dirinya dapat berkembang di masa yang akan datang.
Prinsipnya bakat merupakan potensi yang dimiliki orang seseorang, potensi ini (bakat) cenderung lebih menonjol dibandingkan dengan potensi-potensi lain yang dimiliki. Kemampuan yang dimiliki setiap orang bermacam-macam, bisa ratusan bahkan ribuan kemampuan yang dimiliki. Setiap kemampuan memiliki kualitas yang bebeda dengan potensi yang lain. Ada salah satu potensi yang paling dominan dari pada potensi yang lain. Potensi yang paling dominan inilah yang disebut dengan BAKAT. Bagaimanakah cara mengetahui BAKAT … ?

Rabu, 02 Februari 2011

Leadership dan Outbound Training


Sukses sebuah organisasi sangat tergantung dari kemampuan si pemimpin dalam menggerakkan seluruh anggota perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan. Para manajer selaku pemimpin di dalam perusahaan dewasa ini menghadapi banyak tantangan baru. Mereka harus mampu menjadi pemimpin transformasional yang mampu menggerakkan para pengikut agar memiliki motivasi tinggi mewujudkan cita-cita ideal perusahaan. Mereka harus mampu mendorong anak buah mereka untuk memunculkan seluruh motivasi insani yang ada agar menimbulkan kinerja yang bernilai tinggi dan jauh melebihi ekspektasi perusahaan. Sebaliknya, seorang manajes juga harus mampu meningkatkan kesejahteraan anak buah mereka, sehingga mereka semua akan memperolah bagian yang adil dari usaha dan jerih payah keringat mereka. Para manajer sebagai leader juga harus mampu menghadapi masalah dunia bisnis yang semakin kompleks. Harus mampu mempertemukan kepentingan banyak pihak.
Dalam pelatihan outbound training, setiap individu peserta outbound dipicu untuk belajar menjadi seorang pemimpin (leader). Peserta outbound training juga diajak untuk berusaha menciptakan pengetahuan baru yang bersumber dari pengetahuan yang berbeda-beda. Peserta outbound training juga diajak agar berusaha menjadi pemimpin yang sinergistik.
Pada saat ini, dunia kerja menjadi semakin kompleks. Jika dulu setiap karyawan dapat bekerja secara individu berdasarkan petunjuk yang baku, maka kini dalam suatu pekerjaan diperlukan kontribusi dari suatu tim kerja (team work) yang bekerja secara terpadu. Suatu tim kerja yang efektif memerlukan pemimpin yang tepatyang mampu memadukan kompetensi individual dari masing-masing anggota team menjadi kompetensi team yang sinergik dan berkualitas.
Pemimpin (leader) yang sinergik perlu memahami tatakrama dan budaya kerja yang berlaku diperusahaannya dan mampu mengambil tindakan yang tepat untuk memfasilitasi komunikasi intra dan antar tim yang serasi sesuai dengan tatakrama dan budaya kerja perusahaan team tersebut berada.
Pemimpin di dalam era perubahan lingkungan bisnis yang sangat cepat ini harus memiliki kompetensi sebagai berikut :
1.        Memahami lingkungan dunia bisnis yang kompleks, dinamik dan penuh perubahan
2.       Kerja dalam tim, kolaburasi, dan aliansi strategik
3.       Memahami perbedaan dapat menjadi sumber inovasi
4.       Memahami peran kepemimpinan
5.        Memahami fungsi komunikasi dalam proses interaksi yang sinergik
6.       Memahami proses penyelarasan yang sinergik
7.        Memahami iklim kerja yang transformasional
8.       Memahami makna dan hakekat aliansi strategik.
Dalam kegiatan outbound training, untuk melatih jiwa leadership peserta outbound training sangat diperlukan, hal ini hanya akan berhasil bila kegiatan outbound training dilakukan oleh lembaga professional, dengan fasilitator yang berpengalaman dan tahapan-tahapan dalam kegiatan outbound benar-benar dilaksanakan.

Selasa, 01 Februari 2011

PENGUPAHAN

Seseorang bekerja karena adanya dorongan atau kebutuhan (need) untuk memenuhi hidupnya. Pada teori hirarki dari Maslow, upah merupakan kebutuhan yang bersifat biologi (phisiological need). Didalam duania industri, upah merupakan suatu hal yang paling utama jika dibandingkan dengan kebutuhan-kebutuhan yang lain. Tidak jarang karyawan atau buruh melakukan demonstrasi karena persoalan upah yang dianggap kurang layak.Tidak sedikit karyawan yang malas bekerja, berkeja dengan asal-asalan dengan alasan karena upah yang tidak mencukupi. Masih banyak dosen yang nyambi ditempat lain dengan alasan pendapatan yang diperoleh masih kurang mampu mencukupi kebutuhan hidupnya. Kasus karyawan PT. Dirgantara Indonesia (PT. DI) yang sampai sekarang belum selesai, salah satunya bahkan persoalan yang utama karena mereka merasa akan kehilangan mata pencahariannya, yang ujungnya adalah matinya sumber pendapatan keluarga.
Upah merupakan uang yang diterima karyawan atau buruh sebagai ganti pekerjaan. Dengan demikian upah merupakan hadiah kerja yang diberikan karyawan dalam bentuk finansial sebagai balas jasa atau ganti dari tenaga atau pikran karyawan yang diberikan kepada perusahaan. Dengan kata lain, upah dapat disimpulkan sebagai penghargaan dari energi karyawan yang dimanefestasikan sebagai hasil produksi, atau suatu jasa yang dianggap dengan itu, yang berwujud uang, tanpa jaminan pasti dalam tiap minggu atau bulan.

Upah dan Gaji

Sering kali pengertian upah dan gaji dipersamakan, walaupun pada hakekatnya keduanya sangat sulit untuk dipersamakan. Gaji sebenarnya merpakan upah, namun gaji lebih konsisten atau tetap jika dibandingkan dengan upah. Banyaknya gaji atau uang yang diterima karyawan sudah dapat dipastikan jumlah yang akan diterima dalam setiap bulannya. Purwodarminto mengatakan bahwa gaji adalah upah kerja yang dibayarkan dalam waktu tetap. Namun tidak hanya waktunya yang tetap, namun juga banyaknya upah yang diterima juga tetap.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan gaji dan upah terletak pada jaminan ketepatan waktu dan kepastian besarnya upah.

Sistem Upah

Struktur sosial ekonomi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sudah sedemikian pesatnya, sehingga kompetisi dalam dunia industri demikian ketatnya. Para pencari kerja semakin hari semakin bertambah, sektor ekonomi dan industri di Indonesia masih belum mampu beranjak dari tempat tidurnya. Dengan demikian kerja dan upah merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Secara umum sistem upah dapat dikelompokkan dalam :
  1. Sistem Upah menurut banyaknya produksi
  2. Sistem Upah menurut lamnaya kerja
  3. Sistem Upah menurut lamanya dinas
  4. Sistem Upah menurut kebutuhan

Sistem Upah Menurut Banyaknya Produksi

Sistem upah ini diberikan kepada karyawan atas dasar produk yang dihasilkan baik secara kualitas maupun kuantitas. Upah ini dapat mendorong karyawan untuk lebih keras dan terus meng-apgrade diri agar berproduksi lebih banyak. Pengupahan seperti ini mampu membedakan karyawan-karyawan yang berkemampuan tinggi dengan yang kurang memiliki kemampuan. Sistem ini sangat menguntungkan bagi mereka yang cerdas dan energic, tetapi kurang menguntungkan bagi karyawan yang kemampuannya sudah mulai menurun, orang yang lanjut usia dan yan inferior.
Produksi yang dihasilkan dapat dihargai dengan diperhitungkan ongkosnya. Besarnya upah dapat dicari dengan menghitung ongkos produksinya.

Sistem Upah Menurut Lamnaya Kerja

Sistem ini berdasarkan jumlah waktu yang telah dilakukan oleh karyawan, upah per-jam, upah mingguan, upah bulanan. Sistem upah seperti ini telah gagal dalam mengatur adanya perbedaan individu, artinya bagi karyawan yang yang energic dan cerdas upahnya tidak berbeda dengan karyawan yang loyo dan kurang mampu, sehingga semua karyawan dianggap dan diperlakukan sama.
Akibat dari sistem pengupahan seperti ini orang-orang yang superior merasa segan untuk berproduksi lebih dari kewajiban yang dibebabnkan perusahaan. Tekanan sosial dan kemungkinan dipecat akan menghantui karyawan yang akhirnya akan mempengaruhi perilaku karyawan itu sendiri. Sistem ini sebenarnya lebih menguntungkan bagi karyawan yang kurang potensial dan yang sudah lanjut usia. Bagi karyawan seperti ini akan menimbulkan ketentraman karena upah sudah dapat dihitung, terlepas dari kelambanan dalam bekerja, keterlambatan bahan baku untuk kerja, kerusakan alat, sakit dan lain sebagainya.

Sistem Upah Menurut Lamanya Dinas

Sistem pengupahan ini didasarkan atas senioritas dari karyawan. karyawan yang sudah lama bekerja akan dibayar lebih mahal dibandingkan dengan karyawan baru. Sistem ini sangat efektif untuk menumbuhkan rasa setia dan loyalitas terhadap perusahaan. sistem ini sangat menguntungkan bagi karyawan yang sudah lanjut usia dan bagi orang-orang muda yang didorong untuk tetap masih bekerja di suatu perusahaan sampai masa tua, hal ini disebabkan adanya harapan bila sudah tua akan lebih mendapatkan perhatian dari perusahaan. Sisi negatif dari sistem ini adalah kurang mampu memotivasi karyawan untuk dapat bekerja dengan lebih baik.

Sistem Upah Menurut Kebutuhan

Sistem upah seperti ini lebih disesuaikan dengan kebutuhan hidup keluarga, artinya upah akan diberikan lebih besar kepada mereka yang sudah kawin atau berkeluarga bahka bagi mereka yang sudah memiliki anak.
Salah satu kelemahan dari sistem ini adalah tidak mampu mendorong inisiatif kerja, sehingga lebih kurang sama dengan sistem upah yang berdasarkan lama kerja dan senioritas. Segi positifnya adalah akan memberikan rasa aman karena nasib setiap karyawan menjadi tanggungjawab perusahaan, semua kebutuhan hidupnya termasuk sandang, pangan, papan, pengobatan, kesehatan dan lain sebagainya akan disumbang oleh perusahaan.

Upah Perangsang

Dari semua sistem pengupanan terdapat sisi positif maupun sisi negatif, ada untung ruginya. Usaha untuk meminimalkan sisi negatif dan mengoptimalkan aspek positif dari sistem pengupahan yang telah dibicarakan diatas maka perlu adanya sistem pengupahan tambahan untuk merangsang karyawan agar dapat bekerja secara optimal, yaitu sistem upah perangsang. Upah perangsang ini bisa berupa bonus, komisi, premi dan lain sebagainya.

Syarat-Syarat dalam Pengupahan

  1. Adil bagi pekerja dan Pimpinan perusahaan
  2. Pengupahan sebaiknya dapat menjadi motivator karyawan untuk meningkatkan produktivitas kerja
  3. Selain upah dasar juga perlu disediakan upah perangsang sebagai imbalan terhadap tenaga ekstra yang dikeluarkan karyawan
  4. Sitem upah sebaiknya mudah dimengerti dan dipahami oleh semua pihak.