DERMATOGLYPHIC MULTIPLE INTELLEGENCE (DMI)
Pada
suatu hari suara telepon berdering, ketika saya angkat dia menyakan tentang
Bina Psikologi Surabaya, mulai dari tempat (alamat), jasa yang ditangani, tingkat
pendidikan konsultannya, sampai dengan pengalaman menangani klien. Setelah
dijelaskan semuanya baru dia menyatakan keinginannya untuk melakukan
pemeriksaan bakat dan kecerdasan anaknya. “Baik saya siap membantu”, akan
tetapi yang dia minta proses psikotesnya tidak menggunakan perangkat soal-soal
atau alat peraga lainnya yang biasa digunakan oleh psikolog, yang dia inginkan
adalah tes sidik jari atau fingerprint
test. Singkat cerita, saya katakan, “Bina Psikologi Surabaya” memberi
layanan konsultasi dengan kaidah-kaidah dan norma-norma psikologi, untuk fingerprint test kami tidak punya dan
tidak melayani.
Itulah
sekelumit cerita yang pernah saya alami, dan sebenarnya permintaan itu sudah
beberapa kali dan beberapa orang, baik melalui telepon mapun langsung datang
Bina Psikologi Surabaya (BPS), sehingga saya mulai berpikir tentang fingerprint test. Sejak itu saya mulai
mencoba untuk mengenal lebih jauh tentang lat tes itu. Dari hasil penelusuran
yang mungkin masih terbatas saya tahu sedikit bahwa fingerprint test adalah Alat untuk mengetahu bakat seseorang
melalui analisis garis tangan atau jari dengan pendekatan Dermatoglyphic Multiple Intellegence (DMI) assessment.
Dengan
membaca berbagai artikel tetang Dermatoglyphic
Multiple Intellegence (DMI) assessment yang terbayang dibenak saya mengenai
praktek analisis psikologis dengan Dermatoglyphic Multiple Intellegenc tidak lebih dari seorang dukun yang sedang
meramal garis tangannya, hanya saja dengan analisis ini lebih modern dan
menggunakan sarana teknologi canggih. Kenapa saya mengatakan serupa dengan
dukun, analisis DMI ini tidak akan pernah melihat kondisi psikologis yang
terjadi pada saat dilakukan tes.
Secara Genetis sidik jari bersifat menetap dan spesifik pada
proses perkembangan susunan syaraf pusat, sehingga memiliki korelasi yang
menentukan struktur otak yang dominan yang kemudian diinterpretasikan secara
psikologi untuk mengetahui kecendrungan bakatnya. Dengan demikian anggapan ini menunjukkan
bahwa potensi psikologis menetap, tidak berubah dan tidak berkembang. Padahal aspek
psikologis bisa berubah dan berkembang, dengan tidak mengecilkan teman-teman
yang menggunakan pendekatan Dermatoglyphic
Multiple Intellegence (DMI) assessment, atau mungkin juga karena keterbatasan pengetahuan saya tentang DMI, saya
masih belum bisa menerima secara logis tentang alat tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar