Laman

*** BINA PSIKOLOGI SURABAYA *** Alamat : Jl. Kedung Tarukan 2 / 31-A Surabaya, Telp. 03170272815 / 0817309685, email : mudhar.bps@gmail.com

Senin, 10 Januari 2011

Patuh Bukan Berarti Menjadi Suruhan

Pada dasarnya tidak mudah menjadi anak buah atau bawahan. Ia harus siap-siap repot, atau perlu berenergi besar agar mampu mengimbangi atasannya.Dalam budaya kita, anak buah dituntut senantiasa menyesuaikan dengan atasan. Bila atasan berkarakter disiplin, anak buah mengimbangi dengan tekun dan konsisten. Bila atasan teliti, anak buah perlu berperilaku cermat. Bila atasan pemarah, anak buah harus mengimbangi dengan kesabaran…meskipun lebih sering terbawa tegang dan emosi. Bila atasan lembut, anak buah terbawa suasana kenyamanan.

Bagaimana seharusnya menjadi anak buah atau bawahan? Untuk menjawab hal ini sebenarnya simpel saja. Pada dasarnya setiap orang dapat menjadi pemimpin atas atasan. Paling tidak itu untuk memimpin diri sendiri/atau keluarga, atau lingkungan unit kerja. Suatu saat amanah menjadi pemimpin akan datang. Suatu saat kita tidak punya pilihan, kita diminta untuk menjadi pemimpin, mungkin besok, minggu depan, tahun depan atau beberapa tahun lagi. Kapan kesempatan itu akan datang tergantung kesiapan kita. Oleh karena itu, jadilah anak buah yang smart, tangguh, yang senantiasa belajar untuk berkembang, dan menunjukkan karakter seorang pemimpin atau atasan.

Bekal bagi seorang pekerja atau anak buah hanyalah ’patuh’ kepada visi dan misi organisasi. Anak buah tidak perlu takut kepada atasan selama mampu mengawal visi dan misi. Dengan kompetensi dan ketrampilan, seorang anak buah menjalankan fungsi organisasi yang secara kebetulan ’ditempatkan’ untuk membantu dan bekerjasama dengan atasan. Dalam posisi ini yang dikembangkan adalah cinta akan tugas dan bukan cinta akan kebebasan.

Menjalankan kewajiban sewajarnya sesuai ‘SOP’ organisasi tidak perlu berlebihan hingga masuk wilayah pribadi. Dengan demikian, tidak perlu lagi seorang bawahan berperilaku berlebihan kepada atasan dengan alasan takut kehilangan pekerjaan. Tidak perlu menyampaikan bisikan bila dapat dinyatakan secara terbuka. Tidak perlu menjadi orang suruhan bila dapat berinisiatif dengan ide-ide brilian. Tidak perlu ragu berbeda pendapat bila untuk menemukan kebaikan. Tidak perlu malu mengakui kesalahan bila itu memang kelalaian dalam tanggungjawabnya. Tidak perlu over acting bila dapat disampaikan dengan rendah hati.

Seorang bawahan memang dituntut kemampuan berkomunikasi. Hal ini bukan saja untuk menyelesaikan pekerjaan formal, tetapi juga untuk ‘bersahabat atau berteman’ dalam hubungan informal dengan atasan. Pertemanan ini justru mampu mengikat silaturahmi lebih langgeng, dan mendasari hubungan formal dalam pekerjaan. Hubungan pertemanan ini menjadi modal bagaimana berkomunikasi secara formal dalam menyampaikan pendapat, berbicara, dan berargumentasi dengan atasan. Seorang bawahan harus berani menyampaikan profesionalitas dan kompetensi untuk memelihara pencapaian tujuan organisasi. Memang hal ini tidak mudah, ia secara mandiri harus belajar banyak hal, mengadopsi pengalaman orang lain, mengeksekusi teknologi dan memahami karakter organisasi. Pendeknya, seorang bawahan dituntut perlu belajar berkarakter sebagai leader.

Dalam lingkungan yang penuh tantangan dan kompetisi. Peran anak buah sangat penting sebagai buffer menggenapi kompetensi atasan. Terlebih, banyak atasan yang ’tahu beres’ setiap urusan, maka ini sesungguhnya menjadi peluang anak buah mengoptimalkan potensi dan kompetensinya. Anak buah yang profesional perlu trampil menguasai pekerjaan lebih dari ’tupoksi’ sehingga ia dengan mudah membantu tugas-tugas atasan. Tentu saja ia dituntut menguasai lapangan dan informasi, serta pintar berimprovisasi menyajikannya sesuai kebutuhan profesional. Dengan demikian, ia dengan mudah membaca, menebak dan mengeksekusi pekerjaan dan ’nyambung’ dengan kebutuhan atasan.

Simpulan : Patuh kepada atasan, tidak harus menjadi orang suruhan. Bekerja untuk organisasi tanpa kehilangan karakter mandiri.

1 komentar:

  1. saya merasa sulit untuk meyakinkan diri saya untuk menjadi bawahan setelah sekian lama saya menjadi pemimpin, saya merasa berat untuk melaksanakan tugas yang diberikan kepada saya dengan cara yang saya rasa kurang sopan, agaimana cara saya meyakinkan diri untuk menjadi anak buah yang baik,,
    terima kasih,,.

    BalasHapus